Aku adalah Langit,Katamu tanpa jeda.Biru di siang, kelam di malam, tak tergapai tangan manusia.Namun aku membalas:Aku Laut, biru yang lebih dalam, gel
Zahra Zakiatunnisa, kutulis surat balasan ini untukmu dalam keheningan malam bersamaan dengan suara-suara jangkrik-jangkrik yang mungkin sedang
Puisi ini adalah ungkapan penghargaan dan harapan kepada para siswa, yang digambarkan sebagai bintang masa depan dengan semangat dan mimpi besar.
Mengapa kau merusak Tanaman dan ternak? Mengapa kau bersikap sombong Setelah berbuat dosa? Padahal, ada beberapa manusia Yang mengorbankan dirinya
Tuan, sudah hampir satu tahun. Sejak kita tak pernah lagi saling intip cerita. Kita mulai fokus dengan kehidupan masing-masing. Sebenarnya dulu juga b
Kewajibanku adalah berbuat baik Jika kau balas dengan keburukan Maka aku berhak mengqisas Tangan dengan tangan Kaki dengan kaki Mata dengan mata
Bilamana seorang gadis memanggil namamuBeranikah kau tatap wajahnya saat itu?Bukan karena serbuk bedak dengan semerbak harum yang menyita indramuLihat
Seorang yang terlahir tuli punya kesempatan untuk berprestasi. Kesungguhan dan bimbingan Sang Bunda akan memberi arti buat hidupnya.
Sebab bagiku, cintamu adalah rumah tempat rinduku pulang,
Di kedalaman tubuh yang sunyi, ada gelombang yang tak terlihat, asam meronta dalam kegelapan, menyeruak tanpa aba-aba
Di tengah kenangan perjuangan ayah, aku mencari makna kemerdekaan yang kini ternodai. Mengapa semua pengorbanan itu terasa sia-sia?
Bersama siluet lampu bayang wajahmu selalu kelu untuk kutelan habis-habisanRona kedua matamu selalu terbayang pada meja kerjakuBising kepala mungkin m
Apakah Tahun Ini akan Sama dengan Tahun Itu? Apakah kau merasakan kenikmatan hidup? Ini tahun baru Sedang kau masih mengeluh Menyalahkan orang lain
Yang Berlalu adalah kenangan dan yang tinggal kau sebagai ingatan
Kau nampak kuat meski hati terluka, Kau terlihat tegar menantang dunia, Kau berupaya melangkah
Diam-diam melangitkan doa untukmu, meski tak pernah tahu apakah hatimu tahu aku ada. Rinduku tak bersuara, cintaku tanpa tuan.
hujan, biarkan aku menulis takdirku, di atas permukaanmu yang fana dan pilu.