Pagi sendu, aku duduk di sebuah bangku Memandangi lara yang terlalu memaksa di matamu
Hingga fajar membelah rahasia, Dan terang membawa jiwa bahagia.
Suatu ketika pernah aku meminta, "Engkau jangan menghilang, nanti aku luka."
Seseorang menapaki malam sebagai kesunyian Tetapi semesta tak lama mengaminkan
Engkau yang berkisah Sedangkan aku hanya menulisnya
Untuk merenung kembali serta mengingatkan kembali tentang jasa-jasa seorang ibu kita dari saat beliau mengandung, melahirkan, hingga membesarkan kita
Begitu luasnya ingatan, tetapi mengapa aksaraku tidak juga menjadi bulan? Redup, tiada cahaya pada tiap jengkal katanya.
la-la-la-la ...Masih adakah suara-suara?Selain, "Eh, para majikan hari ini,berbagi bual seperti apa lagi?"
MENUNTASKAN KEPEDIHANPada langkah yang sunyi, seorang lelakiMelantaskan perbincangan dengan Penguasa hari iniManakala isi hati, tak mesti untuk diriny
Di tepian senja yang tak berbatas, terbitlah hayalan dalam diam yang lepas,
Apa kabarmu, tuan? Lama sudah tidak memorak-porandakan
Suaraku lantang, menusuk, dan meneror. Namun saat tersadar, aku hanyalah alat sepucat robot.
Seorang lelaki yang tak ingin menggerutu Dia enggan lagi akrab dengan masa lalu
. Pada kecemasan yang abadi dia pun sibuk, sibuk memberinya arti.
iSebelum keramaian berbelok menuju sepiSecangkir kopi mengepul di atas meja"Tanpa gula," katanya
Di suatu ketika, langit merah saga Embusan bayu membuat pepucuk randu menjura
Bagaimana sebuah novel mengungkap pergulatan identitas anak muda Indonesia yang terbang bebas menembus batas budaya Timur & Barat?
Seseorang berdiri di tengkuk siang Sambil mencari ke mana arah jalan pulang
Ada langkah-langkah yang pernah terjejak, tertinggal dalam sunyi, hilang dalam jejak
Namun dalam sunyi yang menghimpit, Diam itu justru bercerita begitu pahit.