Puisi sedih yang menceritakan ibu dan juga kenangan masa lalu yang digambarkan dengan perahu.
Laut akan menjadi saksi abadi,Bahwa aku telah mengarungi mimpi.Meski karam
Maka akupun datang menagihmu/sebagai ketakjuban dan kelembutan cinta
Pada simpang waktu yang melesat sengit Aku meratap piluS edang gemuruh di dada
Bisnis besar, perusahaan skala korporasi, karyawan banyak, tidak menjamin survive. Bahkan tabu hukumnya menyebut diri tidak akan bisa tumbang
Dalam ragumu aku tenggelam, Menuju hilang, makin dalam
Tokoh siapa itu? Yang diam di jodohkan Dari bendera yang berbeda
Tentang senja Tak ingin kuberbincang tentang senja Begitu banyak kenangan merenda
Berlalu, berlalulah waktu Tak terhitung berapa lama menunggu Elang yang cemas
Pemimpin lama berakhir karena korupsi. Pemimpin baru melanjutkan dengan tugas & tanggungjawab memperbaiki keadaan dan membawa rakyat menuju cita-cita.
Lengang, Berkaca, berpikir cerdas tentang arti kesendirian
Puisi yang menggambarkan kerinduan kepada kapal pemandu mimpi yang karam.
Di tengah rimba malam Kantuk menyerang diam-diam Mimpi mulai membuai di peraduan Mimpi tentang rembulan jatuh di pangkuan
Puisi tentang keinginan hidup normal layaknya orang lain
kusimpan wajahmu, kusimpan dan kubawa ke mimpi
Asa remuk redam, mimpi-mimpi karam
Entah harus sampai kapan menanti rindu yang nyaris karam
Aku berkata, "Ibu, perahuku telah berlayar ke samudera". Dan ketika tiba waktunya seluruh dunia akan melihatnya.
*Persembahan 75 Puisi Merdeka #42KaramBahtera itu sungguh besarTak mungkin gentarMelewati arus gelombang besarPun badai topan menggelegarBahtera itu a