Sepak bola dan hak asasi manusia dalam kacamata hukum tata negara
akibat kerusuhan ing stadion Kanjuruhan ratusan korban luka luka lan akeh seng mati
Sejak tragedi Kanjuruhan yang mengotori dunia sepak bola Indonesia melalui kerusuhan di akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya
Sebagai masyarakat, kita juga perlu memikirkan kembali bagaimana kita memaknai olahraga.
Suasana pameran mengenang tragedi kanjuruhan di FIB UB pada Selasa, 10 Oktober 2024
Universitas Brawijaya kembali menyelenggarakan pameran dengan mengangkat isu Tragedi Kanjuruhan yang diadakan di Fakultas Ilmu Budaya
Hingga saat ini, aksi demo keadilan masih dilakukan oleh banyak oknum atau bahkan mahasiswa di Malang Raya.
Ditengah hasil imbang kita melawan Australia, saya mengajak Saudara mengingat kembali hal yang harus kita selesaikan
halo sobat kompasiana pada tajun sebelumnya kita dihebokan atas terjadinya Tragedi Kanjuruhan, yang terjadi pada 1 Oktober 2022 yang memakan 131 jiwa.
Erick Thohir Sampaikan Larangan Supporter Away masih belum bisa dicabut
Kenang korban tragedi Kanjuruhan 2022, Aremania dan Aremanita Kecamatan Ngajum, lakukan kirim doa bersama, Kamis (11/7/2024) malam.
Masih ingatkah dengan tragedi 1 Oktober 2022? dimana kericuhan dalam stadion Kanjuruhan menggemparkan dunia sepakbola indonesia?
Dari pandangan supporter sepak bola, tragedi Kanjuruhan bukanlah hanya sekadar kecelakaan yang tidak terhindarkan.
Arema FC VS Persebaya memicu kericuhan akibatnya petugas keamanan menyemprotkan gas air mata. Penulis menganalisis menggunakan konsep Demokrasi & HAM.
Akankah luka ini sembuh? Mari kita renungkan bersama di artikel ini.
Ketika proses hukum mengarah pada tuduhan bahwa angin lah yang menjadi penyebab tragedi, banyak yang merasa kecewa.
Arema kalah, suporter marah? Banyak asumsi, opini, komentar komentar yang bermunculan di internet dan selalu berakhir menyalahkan salah satu pihak.
Niat ingin menonton sepak bola berujung menjadi hari tangisan yang merenggut nyawa
Penerapan hukum dalam sepakbola Indonesia masih kurang maksimal karena belum adanya aturan baku nan mengikat. Maka, diperlukan sebuah UU khusus.
Kericuhan Suporter Tidak Menjadi Pembelajaran dari Tragedi Kanjuruhan yang Dilupakan