Kendali langkah kaki, kau ambil alih. Berdua, telusuri jalur datang tadi. Aku tersenyum. Saat kau berhenti berjalan. Memilih duduk di tangga aula. Aku
"Keluarga dari Curup, sudah berangkat, Mas!""Semua?""Iya!""Syukurlah."Sebagai anak bungsu. Sejak tamat sekolah dasar. Kau hidup berpisah dengan Ayah d
Kukira pagi itu, belum jam tujuh. Satu persatu, orang-orang keluar rumah. Mulai sibuk beraktivitas. Naluri perempuanmu, bergerak cepat. Melepas tangan
Bak air bah, ceritamu mengalir. Konflik dengan pembimbing dan bingung tabulasi data. Terburu selesaikan skripsi, juga keseharianmu tanpaku. Nyaris sem
"Hallo?""Salam, Bu! Bisa bicara ke Nunik?""Oh! Udah ditunggu dari malam tadi! Sebentar, ya?"Senyap di ujung telpon. Mesti menunggu. Aku berjanji padam
Senyum Endi menyambutku. Saat sampai di studio. Aku segera duduk di bangku panjang. Mereguk kopi. Nyalakan rokok. Duduk bersandar."Jadi nelpon, Bang?"
"Mamas? Hallo?"Satu sapaan. Tekanan suara khas. Hanya milikmu. Aku tahu, nada bergetar itu untukku. Tak sampai hitungan jari. Jangka setengah tahun. K
Senin malam. Usai isya. Aku tiba di studio. Iir bersiap di ruang siar. Pukul delapan hingga pukul sepuluh. Sesi pertama. Masuki ruang siar. Kulihat tu
Hari itu minggu. Pukul sembilan pagi. Keluar dari rumah berjalan kaki. Kutelusuri jalan beraspal. Lalui Kantor Pos. Masuki kantor Telkom. Senyum opera
"Salam. Mas, maaf kirim surat lagi. Baru dapat kabar, Nik wisuda dua minggu lagi. Mas bisa datang? Kalau tidak. Tak apa. Jangan dipaksa. Nik mengerti.
Seperti senja. Kau berada di antara siang dan malam. Terang pun redup. Akui kalah pada kuasa rembulan. Patuh ikuti rotasi galaksi.Aku diam. Selami ras
Bertahun lalui masa berdua. Tak terbiasa, kau ungkap rasa. Jikapun ada. Itu kubaca dari goresanmu. Menggali romansa. Menyigi kepingan asa.Perlahan dis
Kureguk kopi. Kepulan asap rokokku, ramaikan beranda. Kau diam menunggu. Matamu jelajahi gerikku.Aku tahu. Tanpa ikatan apapun, antara kau dan aku. Ha
Usai makan. Mengalir kisahmu. Sejak wisuda hari sabtu, waktu di kampung, hingga pulang lagi ke Padang. Kusimak ceritamu, sambil nikmati rokok. Kuperha
Layaknya acara kelulusan. Apapun bentuk dan prosesinya. Rangkuman rasa berbaur satu. Ada kejutan. Saat rombongan dari Siguntur Muda, kampung Amak turu
Sejak tadi kau diam. Tertinggal detik yang iringi detak laju lalu. Tak kuusik. Aku mengerti inginmu. Dari kisah juga impianmu. Kau bingkai keindahan e
Kulempar pandang ke depan rumah. Bersisa gerimis. Terlihat dari bias cahaya lampu angkot. Di jalan yang mulai sepi. Aku beralih menatapmu. Kau melirik
Hujan mulai reda. Namun butirnya belum usai. Begitu juga kerut keningmu. Sesekali matamu dalam diam. Ikuti kepulan asap rokokku."Kenapa diam?""Nik mau
Hujan semakin deras. Azan isya terdengar sayup. Bercampur bunyi deraian butir hujan. Aku diam. Mencoba rangkai kata, agar tak lagi ada tangismu. Nyari
Bis kampus berhenti di halte jalan Sudirman. Kau dan aku turun. Agak lama menunggu. Hingga bis jurusan Lubuk Buaya via Khatib Sulaiman berhenti. Kau d