Bertemu di ujung senja sana, bertatap di atas atap, menyempurnakan rasa di antara goresan luka
Pergi dengan alasan yang digariskan TuhanWaktu berganti secepat kedipan
Luka menutupi air mata dunia, bersatu di antara kedua gundah
Ini rindu, tuan muda... Hancur di lubuk hati terdalam Pergi di antara lamunanku, berkecamuk di antara pergi nan pagi
Lumpuh diantara lautan impian Harapan kandas ditengah jalanMasalah tertumpuk pada pikiran yang hampaBerjuta luka kini tersematkan pada diri
Benci yang tak kunjung pergi dari benak yang tak sadar diri dari kata yang selalu berjarak duri rangkaian rasa yang merintih
Terjatuh di atas sajah biru. Mengelabui mata diatas permata dunia
Bersatu diantara rasa ragu. Sendu menyatu dalam hatiku
Tegak tubuhmu kokoh berwibawa berpegang teguh pada kuasa semesta
Langkahku hilang terhenti dan mati berpijak di antara duri yang menyakiti
Mata melemahkan hati yang terlukaLirikan yang penuh akan dosaTentang jiwa yang penuh darahBerperang diantara dua rasa
Ini sajak dalam tubuhMengusik dengan rusuhDatang diantara waktuMerebut arah yang indah
Ini langkah...Diantara beluk perahu kertas kecilMemeluk rindu diantara senja Datang saat mentari menerjang
Bersatu dalam fatamorgana. Mewarnai sang cita rasa
Cerita dari huruf yang bermakna menyiksa kalimat tuk mendekat, ini sajak yang penuh terikat
Waktu yang selalu berbalik dengan sungguhWaktu yang mengiringi takdir berlaluArah petunjuk dari takdir nan faktaPergi tuk menyapa mentari
Ini bait...Dari luka yang menjeritDari ujung dunia yang penuh darahSajakku berubah menjadi bijak
Sajakmu berulah Tak berbuah terasa parah Berimbas pada logika Tak bermakna dalam asa
Aku berlutut pada waktu. Mengusing kenangan yang dulu
Waktu tak dapat disingkat dengan alatTak dapat diringkas dengan singkatBerjalan diantara kerisauanTak berhenti menghiasi dunia