Kutulis catatan ini untukmuSebagai puisi penyicil rindu yang begitu menggebu
seorang bocah bagi masalalu dan luka jugaseorang renta bagi jiwa yangmenanti saat-saat bersua dengan tuhannya
Kita tak pernah tahu apa yang akan kita saksikan nanti percikan kembang api atau rintik gerimis yang ritmis mengiringi angka-angka yang pergi
Memangnya siapa yang tak ingin pulang? kita hanya belum menemukan sesuatu yang benar-benar bisa disebut rumah.
aku tak pernah sanggup memberimu ucapan,Selamat berbahagia!
Erangan malam yang jalangMenggerayangi pori-pori waktuKecupan demi kecupannya fasih menaburi lupaPada fana dunia yang canduHingga tak ada lagi yang te
Nanti, ketika rembulan baru telah menetas menjadi purnama. Aku ingin datang dan membawakan senarai lagu. Tentang kamu yang masih menjadi satu-satunya
Ketika malam telah menanam kelam pada dinding keheningan. Seorang perempuan gegas berlari menuju panggung pertunjukkan. Menarikan sepi yang telah sudi
Ketika matahari mulai merangkak di kaki pagi. Aku kembali mengingatmu, sebagai satu-satunya mimpi yang ingin kuulang lagi. Bukan seperti mimpi-mimpi t
Ketika malam tanpa fasih menancapkan kesunyianDalam gigil kekelamanSeorang perempuan tak kuasa menahan kaca-kaca di matanyaHingga pecah berderai dalam
Sudah terlalu lama aku tak lagi mendengar kisah-kisah tentang hujan. Tentang gemericik yang menari-nari di pelataran, tentang bau basah tanah yang men
Di tengah panas kemarauAngin duka berembus membawa kabarSeorang lelaki yang menjadikan langit sebagai titian jejaknyaTelah pergi meninggalkan duniaBin
Kau pernah berkelarTentang rindu yang membelukarTentang harap yang mengakarTentang hasrat yang berpijarTentang keindahan rasa di luar nalarTentang dia
Ada sejengkal kasih yang belum terbaca oleh cuaca. Di antara kabut kerinduan, potretnya mengebiri lantunan angin. Dengan sengaja, senyuman itu diraih
Pada rentang panjang garis masaKutuliskan kisi-kisi memori tentang kitaPerihal kamu yang menjadi pernahDalam jejak angan yang enggan melangkahPerihal
Seorang perempuan terlihat sangat kelelahan.
Di sebuah gubuk di tengah sawah yang sudah mengering. Seorang kakek tua bernama Murdi duduk termenung melihat Bakri, kerbau kesayanganya."Ya, tahun in
Aku menemukan bercak-bercak resah yang tumbuh di wajahmu. Berderuk dalam desah yang kian memapah basah di ceruk matamu. Membanjiri setiap pori-pori pi
Kita sedang bercengkerama di batas senja. Merenungi cakrawala yang mulai meremang di bibir malam. Kebang bersama bisik-bisik alam yang membias kengeri
Diawali dengan menyeruput secangkir kopiDi sore hariKuhantarkan pandang pada khalayak semestaYang asik dalam senarai perbincanganTak sengajaNetraku me