(JokPin bersama Buku Latihan Tidur)Setiap kali membaca puisi biasanya sudah bisa ketebak akan ada banyaknya pilihan diksi istimewa
Penghargaan atas sebuah dedikasi bisa diwujudkan dalam bentuk apa saja. Salah satunya dengan pemberian nama jalan atau gang
abadikah jiwa jika masih terkungkung dalam gemerlap yang fana?
Kehampaan dan Kerentanan dalam "Doa Seorang Pesolek" karya Joko Pinurbo
Puisi untuk bapak penyair yang karyanya selalu menginspirasi
Penyair Joko Pinurbo kini telah menjadi kenangan. Sebagaimana yang telah dicita-citakannya ...
Joko Pinurbo alias Jokpin kembali membuatku terhibur dan tergelak dengan buku kumpulan puisinya yang berjudul Perjamuan Khong Guan.
Aku menyebut Joko Pinurbo (alm) sebagai bapak puisi celana karena ia kerap menggunakan celana sebagai topik puisinya.
Tiada kata terlambat untuk membahas seorang penyair ini.
Seorang penyair meninggalkan kata untuk dikenang, sebuah pesan untuk dilestarikan, sebuah cinta untuk dibagikan.
Secara sederhana, gubahan puisi Doa tersebut bisa ditafsir sebagai kritik Jokpin atas pemanfaatan teknologi komunikasi yang manusia gunakan.
Jokpin memang sudah pergi namun ia selalu pulang tepat waktu ketika buku-buku puisinya dibuka dan dibaca.
Apa yang tersirat dibenak Anda tentang Jogja. Tentu banyak hal yang membuat Anda selalu rindu akan Jogja.
Selamat jan, Pak Jokpin. Terimakasih telah memberi nuansa pada wajah-wajah sastra Indonesia.
Joko Pinurbo, seorang penyair yang dikenal dengan gaya puisinya yang jenaka namun sarkastik telah berpulang dan meninggalkan warisan maha karya sastra
Kisah Omjay kali ini tentang penyair Indonesia yang meninggal dunia. Jokpin meninggalkan karya sastra yang luar biasa. Indonesia kehilangan puisinya
Jangan gusar pada pintuAku tidak di sebalik ituJangan menunggu walau rinduSebab waktu untuk pulang padamuKadang tidak bergantung pada rindu
Penyair dan Sastrawan Joko Pinurbo berpulang, Puisinya Tak Akan Ikut Mati karena terbuat dari kata kata dan kejeniusan.
Selamat jalan penyair sejati,Bapak Joko Pinurbo
Menelusuri Jejak Abadi: Mengenang Sang Maestro Kata, Joko Pinurbo