Kunikmati lara ini sendiriKutapaki hariku dalam dukaBerteman dengan bayangmuyang tak pernah mau pergidari ceruk hatiku
Di remang malam, jelaga menari, Menyelimuti kota dengan jubah hitam kelam.
Di hati gelap tercipta,Butiran arang, halus dan lunak, Dari asap lampu menyapa
harapannya pupus laksana jelaga terbawa angin - halus, pekat dan membuat noda
Menjadikan diri sendiri partisan fanatik akan kehilangan ke-arifan untuk meluruskan arah jalan sendiri
namun, dalam keadaan frustrasi ia sempatkan menulis sebaris puisi pada selembar kertas bungkus nasi;
Kehillangan atas masa lalu menjadi ketakutan
Dengarlah sebuah kalimat menggetarkan kalbu Hingga lisanmu tak mampu suarakan namaku
Udara membawa deru-deru panas. Mengeringkan rumput-rumput gersang
Di sepanjang pesona lukamuku balutkan puisi demi puisi yang sebenarnya bukan puisi
Gangga membelalakkan mata. Pikirannya baru saja terbuka, rahasia kematian ayah yang selama ini menjadi teka-teki dalam hidupnya terkuak sudah. Ayah bu
Kutegaskan sekali lagiDetik ini kuputuskan untuk mengaburkan namamu dari penglihatankuMengabaikan suaramu dari pendengarankuMelewatkan lambaian t
Isyu, Hanya satu aksara yang dirangkaiBebas kemana Langit, darat, lautbahkan di planet tetangga berkelanaIsyu, mendatarkan bumibak selempang yan
Langit hitam pekat adalah sisa air dalam semusimMengumpul saat mendetak tertumpah dalam tirisAku yang rebah semilir menggunting lipatan &n
Oleh Tabrani Yunis Hari ini, langit di atas Aceh gelap tak bercahaya Apakah itu jelaga yang dikirimkan angin dari ujung sumatera y
malam ini aku harus ikhlas diri melacur dengan jelaga malam. dan merelakan seluruh lubang pori pori tubuhku terbuka, agar hembusan angin bisa
Dindaku, lihatlah ketika jelaga kelam mengoyak keindahan langit biruku hilang terang dindaku, gelap kelam langitku jelaga mengoyak terangnya