Seduh Kopimu, Sudahi Sedihmu!Tulisan putih di dinding cokelat warung kopi menyadarkan diri bahwa tidak perlu berlama-lama meratapi keterpurukan.
Secangkir kopi di malam Sabtu, pekat seperti masa lalu
Hei, engkau! Yang taburkan noktah memukau. Di ladang nista menanam dosa-dosa
Nak, semuanya akan menjadi begitu indah
Pernah merasa waktu seakan berhenti di detik
Di sini sebait puisi menyepi. Kata-katanya berantakan
Cerita tentang ramadan yang penuh berkah dan hikmah yang luar biasa
Secangkir kopi di sore hari adalah aku yang memilih sendiri, menyepi
Bagaimana lagi harus tenang bila mimpi pergi menghilang
Dia seorang wanita, selalu menemukan kesedihan yang sama
Siang yang gersang, panas matahari meradang
Luka yang kau torehkan teramat dahsyat. Baca puisi Luka Dibalas Luka di sini
Perasaan yang tidak tahu kapan datangnya lantas tiba-tiba hadir di antara kita
Hujan telah jatuh sembunyi-sembunyi, derasnya turun ke dalam hati, Betapa ... kesedihan yang manis menyentuhku
Ketika semesta mengaminkannya ia hadir dia antara desir angin berirama
Aku yang senantiasa kuyup Diperdaya oleh hujan setangkup Tak mampu menggambarkan sedih Saat dihadapkan dengan segala perih