Besik makam utawi resik kuburan inggih punika salah setunggal kearifan lokal ingkang sugih ajeng nilai-nilai gadhah wawasan kesarasan ingkang taksih.
limrahipun masyarakat wonten dinten pertami dinten raya riyadi nyajikaken lontong lan kupat
Sadranan utawa nyadran inggih mênika kagiatan keagamaan ingkang sampun dados tradisi wontên ing wulan Syakban (Ruwah).
PADUSAN ; tradisi nyucikake dhiri jelang ramadhan.
Mitoni mujudake upacara tradhisional siklus urip, kang isih asring ditemoni ing masyarakat Jawa
aku masih disinimemeluk pergumulan yang sarat resaholeh duniawi yang membutakan langkahsedang kau semakin jauhtak kuasa kukejar lagimeski ingin itu me
kepada perempuan pencari cintakau tempuh beriburibu jarakkau lalui musimmusim yang berganti rupademi mencari arti cinta yang kau yakini ada#kepada per
hari pertamamu asa ku menjulang memadukan rindu yang tertahanbersama kita melintasi langitlangit birumemetik bebunggaan yang liar bertumbuh
ada samak tak terbantahkanmanakala menatap lembar almanak kan bergantimeninggalkan kenangan syahdutentang perjalanan yang belum jua temui tempat akhir
![Kau Masih Kekasihku [Kisah yang Berakhir]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2016/08/19/wajah-57b6ef94369373f2135d3c0d.jpg?t=o&v=410&x=225)
merindumu bagai menggenggam bara ingin aku tanggalkan bayangmu agar tak membakar jiwaku, namun aku tak mampudirimu, seutuhnya mendiami jiwak
![[Bulan Kemerdekaan RTC] Pejuang tak Dikenal](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2016/08/18/mo-yustinus-57b5b0d94ff9fd9c582b60da.jpg?t=o&v=410&x=225)
KakekHari ini, hari kemerdekaan, seperti waktu yang lalu, aku pergi ke makammu, mendoakanmu, dan mendoakan negeri kebanggaanmu kek. Kakek tahu, aku ta
MerahPutihMerah Putihdi merahmu aku titipkan seribu asadi putihmu aku sematkan sejuta doadi merah putihmusegala keluh kan sirnadikibaran kegagahanmuan
"Kamu bahagia sayang?" tanya Ulli membuyarkan lamunan Kanya."Kenapa kau tanyakan itu sayang?, tentu aku sangat bahagia" jawab Kanya dengan senyum lemb
secangkir kopiaku sajikan pagi ini untukmu, lelakikumari kita teguk bersamaagar kau bisa rasakan hadirku di pekatnyaatau kau dapat memaknai adaku
Di antara daundaun terjatuhLamat kudengar nyanyian senduMemanggul gigil yang sanggup membekukan diriSudah waktunyakah aku berjalan ke arahnyaTuk turut
