Imas Berbagi dengan Anak Yatim-piatu
Hallo, sahabat Kompasiana tercinta!Pada tanggal 24-25 Agustus 2016 kanal Fiksiana-Kompasiana dibanjiri oleh cerpen-cerpen yang terinspirasi dari tiga
Waktu menunjukkan pukul sebelas lewat tiga puluh menit malam hari, masih ada waktu tersisa tiga puluh menit sebelum kapal terakhir meninggalkan dermag
Tara, perempuan berambut keriting pemberi jimat. Jimat yang tersimpan di sebuah kalung dan digantung di dinding kantor. Mulanya aku ketawa saja. Hari
Apa yang akan dia kenang saat renta menjarah tubuh dan kemalangan merampok bahagia hampir tanpa ada sisa di ingatan?Pertanyaan yang selalu menggenang
Hari mulai sore ketika Wira berenang ke tepian. Alih-alih membersihkan diri karena tubuhnya yang sudah terasa lengket, bocah kelas VI SD itu justru me
“Jelek, aku gak suka!”“Ini satu-satunya rumah yang layak, Mary.”Mata setajam sorot elang itu masih menyala. Aku makin suka menatapnya. Maryanka memang
Ada rasa takut yang menjalari perasaan Raisman, saat perjalanannya telah sampai di sebuah rumah besar, yang lebih terlihat seperti sebuah kastil. Pers
Seorang pria, importir rokok yang menyewaku, hampir saja meraih badanku. Aku berkelit. Sinar kulit coklat dan rambut hitam panjangku, mengkilat.
Wanita itu selalu berdiri tidak jauh dari dermaga. Pandangannya menatap lurus ke utara. Searah cahaya kejora, yang jatuh di atas setiap kapal, yang da
Mak Ijah tidak mengerti. Ketika beberapa Badut berpakaian rapi datang menjemputnya. Lalu membawanya pergi dengan sebuah mobil, dan berhenti tepat
Bau-bau. Betapa tak bisa kuhilangkan nama kota itu dalam ingatanku. Hampir 13 hari pernah kuhabiskan waktuku di kota ini. Kota yang berada provinsi Su
Hallo, sahabat Kompasianer tercinta!Berangkat dari sebuah obrolan ringan antara saya (DesoL), Imas Siti Liawati dan Putri Apriani tentang sebuah kerin
Kinara termangu. Dua hari sudah tahun ajaran baru dimulai tapi dia masih saja duduk sendiri. Bangku di sebelahnya belum juga berpenghuni. Padahal nyar