Saat itu, seorang bernama nameis menjemputku di terminal Bus Reykjavik. Berperawakan riang, terkaannya macam orang pedalaman, tanpa sandal dan lompat&
"Kamu kenapa lagi? Matamu bengkak. Habis menangis ya?" cecarnya sambil mendekat dan mengamati wajahku yang sembab. Ku palingkan muka dan berjalan ke a