Hari ini tante Rere datang membawa keponakannya yang seumuran denganku, yang sengaja tante Rere suruh untuk menemaniku selagi menenangkan
SEBAB TUANDuhai, tuan yang rupawanSajakku semakin berlepotanSejak engkau berputar haluanDari hatiku cemplung ke kubanganHaruskah aku pertahankan
. menyajakkan letih kembara, tetapi yang terbaca hanya tentang sangka. Lalu kita tak lagi rindu, menyaksikan senja tenggelam seperti
Perihal tadi siang ... adalah waktu yang sempat terbuang
Siang ini ... Sengaja aku curi cahaya matahari Tanpa memedulikan apa-apa
Di jendela malam Seseorang menyaksikan kelam Sambil mencatat gerimis
Di lengangnya semesta Ketika hanya matahari di atas kepala Seseorang membahasakan tentang langit sunyi
Di rimbun pohon flamboyan Dengan lincah menarikan kesedihan
Hendak menulis apa aku ini ketika duka tak tampak di sini
Kau terus saja berlari, Tetapi langkahmu tak pernah kembali
Di ujung jalan sana ada seseorang sedang memuja sepi, menangkupkan luka pada langit sunyi.
Seseorang bercerita kepada angin dari kebingungan kemarin
Menjelang tengah malam Disinari terang bohlam
Aku tak ingin menuliskan tentang duka namun kepedihan kerap bermukim di kepala
Hujan yang mengintip di suatu senja Menyisipkan senyum untuk pelukan kita Tiada ragu, tanpa basah kesedihan Kita sepasang kekasih, saling menguatkan
Seseorang melangkah pergi. Mencari sesuatu yang sunyi
Aku mencintai cinta, apa salahnya? Kemudian dia seakan hidup pada segala
Pernah di suatu ketika Kita layangkan cinta ke udara Membiarkan ia ditiup angin Meliuk-liukkan segala ingin Bernyanyi dan menari, mencari pelangi
Sang bocah di pasar malamBerebut tempat dengan sekawanan ingin diam-diamTerompet, kapal-kapalan
Pagi ini, seorang lelaki. Kepalanya dipenuhi ingatan paling sunyi