Sumber : pikist.comPagi tadi aku menatap ranting. Kepalan tangannya gemetaran erat memegang dahan. Seakan khawatir jatuh apabila angin tetiba bertiup&
Sumber : pinterest.comBulan ini, aku adalah penonton yang kesepian. Disuguhkan makanan dari piring-piring pecah dan minuman dari gelas-gelas retak.&nb
Kita adalah kepulangan yang tertunda. Disementarakan pada ruang serta waktu untuk melihatmu mampu. Tentang kebisaan menerima dan melewati cobaan.
Sumber : megapolitan.kompas.comTatkala nurani tergadai kepentingan sampai buta, maka mungkin di jalanan tempatnya kami membuka katarak mata hati yang&
Sumber : m.medcom.idLelaki tua dan nyaris bungkuk mengayuh semangat pada sepasang pedal sepedanya. Dua batang kakinya yang telah rapuh dan keriput itu
Aku pernah melihat angin yang marah. Angin yang adalah udara yang beterbangan ditiup dari mulut Tuhan
Sumber : inet.detik.comIni ibu yang kau sebut kota. Tempatnya harapan sebagian manusia bersandar dan disandarkan. Ditinggalkannya kampung serta halama
Kota yang tak pernah tidur itu memanggil di kejauhan.
Aku mau angin tidak saja sekedar bertiup ataupun berhembus ke daun-daun. Biarkan saja mataku menatap, helai demi helai yang jatuh dan gugur merebah it
Sumber : banjarmasin.tribunnews.comAku menyebutmu hujan. Ruang segala rinduku mengadu selain pada sepi dan senja. Pada gemuruhmu terkadang aku sempatk
Sumber : pixabay.comBila malam adalah kedunguanku menunggumu, pada bait-bait sepi yang mulai meletih. Tentang pengharapan yang senantiasa diterbangkan
Sumber : pixabay.comTulang rusukku..Ada rasa perih mengiris sepotong nuraniku, tatkala dompet lusuhku semakin mengerut dan tak mampu menyelesaikan per
Pagi ini, aku melihat manusia berhamburan di jalanan. Dengan paras dan mimik wajah beragam, mengejar mimpi yang kemarin tertunda. Setetes…
Seperti biasa hari ini, aku menikmati sore di salah satu warung kopi yang entah sama entah beda dengan sore kemarin. Duduk diantara wajah-wajah pemuja
Sumber : victorinews.idKau mengajariku cara membaca bukumu. Tentang kalimat pada paragraf yang sengaja kau tebalkan, atau tentang selembar halaman yan
Tak ada cinta yang terucap dari bibirku yang kelu, pun tak pernah kudengar sepatah bisikan dari hatimu yang beku
Sumber : idntimes.comAku menyebutnya malam. Saat matahari tak lagi mampu merawat senja. Lalu keningmu dipenuhi kegelapan, satu-satunya cahaya tanpa wa
Sepi tiba-tiba tumpah di kepalaku. Padahal di depanku, jalanan yang semakin sempit, dipenuhi kendaraan yang lalu lalang tiada henti tak pernah bosan m
Ini bukan lagi soal ekonomi. Juga bukan perihal politik. Apalagi tentang kebijakan yang terkadang saling bersebrangan. Hentikanlah itu.Tak perlu salin
Kuterjemahkan jejakmu bersama malam yang kehilangan bintang. Kuabadikan di atas lembaran-lembaran kertas kegelisahan, yang kutulis dengan tinta keresa