badai terpendam di teluk/atas geronggang karang kita berpeluk
Wajah Mila selalu hadir dalam bayangan Randi, hingga ia tidak bisa terpejam
Lama tak berkunjung ke rumah Sita, Paman dan Bibi berencana datang ke Desa
Tak ada yang setabah bumi. Ia tak pernah mengeluh walau hujan turun dan menciptakan gigil tiada henti
Kau, mengapa selalu berkunjung saat malam akrab denganku? Ku yakin kau disana memandang langit yang sama, biarpun berbeda kehangatannya.
Dalam kesedihanmu, izinkan Aku menemani, melindungi dan menghapus duka laramu.
Menggigil diterpa angin dingin, jemu menjamu rindu menguliti imaji di peraduan sunyi. Baca puisi Dingin dan Gigil di sini.
Perkenalan SingkatSiapakah kebenaran dirinyaKukenal tak sengaja pada sebuah senjaDua hari sebelum kemarin, saat keberangkatan kapalBertolak di pelabuh
Suasana malam, udara malam, hening malam
Aku menyukai keadaan ini.
Bibirmu, sorot matamu, harus sembilan puluh sembilan persen berikan senyuman terindah.
Adakah kau pernah merasakan malam lebih daripada malam. Angin tak tahu, juga tak ada dentang saat tiang listrik dipukul petugas ronda Pagi lebih
Saat menerjang labirin beronak. harapan terkopak, koyak-moyak. jiwa lebam lalu lejar. raga gemetar terkapar lelah.Gigil malam menekuk.Lampau muluk men
Memulai dengan diam. Aku hanya mampu memandang. Meski tidak dekat atau pun sambil lewat. Sebab dikesunyian hati ini masih belum mampu untuk menampakka
Terpantul sesosok bayang paras lembut pada kotak kaca. Terlihat mendung menggelayut netra. Lalu butiran gerimis jatuh memberi kabar pada dunia. Ada ha
Seperti biasanya, aku harus menuntaskan terlelap dari pagi sampai sore hari setelah semalaman tugas jaga. Yah, karena memang pekerjaanku sehari-hari a