Sesungguhnya, pertanyaan yang paling menyakitkan adalah,"Kapan menikah?" atau "Kok Belum nikah, sih?"
Pernikahan indah diawali dengan cinta yang tulus dan kudus, dalam perjalanannya akan mengalami cobaan yang datang dari diri kita dan orang lain
![NIK | "Meeting You Was Fate" [15]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/18/key-3087898-640-5da922f3097f3675383d8b32.jpg?t=o&v=410&x=225)
Usai sholat jum'at. Aku segera pulang. Amak menyambutku di pintu. Kau tak ada. Aku beranjak ke kamar, bertukar baju. Saat keluar kamar. Amak berdiri d
![NIK | "Meeting You Was Fate" [14]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/17/key-3087898-640-5da6b3d2097f36144e444752-5da840690d823058b73d4172.jpg?t=o&v=410&x=225)
Kau bolak balik. Ke bawah temui Amak, Kemudian menyusulku di beranda. Lebih dari tiga kali seperti itu. Kuanggap biasa prilakumu.Aku masih fokus seles
![NIK | "Meeting You Was Fate" [13]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/16/key-3087898-640-5da6b3d2097f36144e444752.jpg?t=o&v=410&x=225)
Pagi itu, jum'at. Aku duduk di beranda lantai dua. Tak ada jadual untuk mengajar. Satu minggu lagi ujian semester. Aku mesti bersiap menyusun naskah s
![NIK | "Meeting You Was Fate" [12]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/15/key-3087898-640-5da54ebd297d681b2c443202.jpg?t=o&v=410&x=225)
Bersisa sepuluh menit. Agar jarum pendek bergerak ke angka dua belas. Malam itu tak banyak ide. Kumanjakan pendengar dengan lagu. Sesekali Endi memand
![NIK | "Meeting You Was Fate" [11]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/13/key-3087898-640-5da2e90f097f367a416c6732.jpg?t=o&v=410&x=225)
Hampir pukul lima sore. Aku di dapur temani amak. Bulan ramadhan selalu membawa perubahan. Pola makan, waktu tidur juga kegiatan Amak. Biasanya sejak
![NIK | "Meeting You Was Fate" [10]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/10/key-3087898-640-5d9ea4d10d82305367585b22.jpg?t=o&v=410&x=225)
Tak lagi ada suara. Kau diam. Matamu menikam manik mataku. Pilihanku pun diam. Redam rasa. Simpan asa. Tak perlu kuhambur ujaran. Kau tak lagi butuh u
![NIK | "Meeting You was Fate" [9]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/10/key-3087898-640-5d9e809e097f364f41764db2.jpg?t=o&v=410&x=225)
Beningmu ungkapan rasamu. Bersama lalui waktu berdua. Tak banyak kuduga. Untuk apa dan pada sesiapa airmata itu dituju. Ramuan tangismu. Bermacam arom
![NIK | "Meeting You was Fate" [8]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/09/key-3087898-640-5d9d6161097f3618cd67b5c2.jpg?t=o&v=410&x=225)
Siang itu hangat. Terik matahari di angka satu. Terdengar, jejak langkah naiki tangga. Tak perlu kutanya. Wajah Amak hadir di ujung tangga. Pulang dar
![NIK | "Meeting You Was Fate" [7]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/08/key-3087898-640-5d9b10300d8230642246e983-5d9bfa420d8230502d5e5c12.jpg?t=o&v=410&x=225)
"Mamaaas! Bangun..."Awalnya, sayup kudengar. Hingga kubuka mata. Kau sudah duduk di sampingku. Tawamu jadi asupan energi. Kebiasaanku, tidur di depan
![NIK | "Meeting You Was Fate" [6]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/07/key-3087898-640-5d9b10300d8230642246e983.jpg?t=o&v=410&x=225)
Jelang maghrib. Sampai di pintu rumah. Kulihat Amak duduk di ruang tamu. Membaca alqur'an. Kuucap salam. Amak berhenti mengaji. Menjawab salam, kemudi
![NIK | "Meeting You Was Fate" [5]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/04/key-3087898-640-5d9713a6097f36114b20cb52.jpg?t=o&v=410&x=225)
Sejak tadi, tak lagi ada tangismu juga jawabmu.
![NIK | "Meeting You Was Fate" [3]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/02/key-3087898-640-5d943ae3097f360af07816e2.jpg?t=o&v=410&x=225)
Aku terdiam. Nyaris sembilan tahun kutunggu nyalimu. Agar aku bisa mengenal keluargamu. Tak lagi sekedar cerita atau foto milikmu. Acapkali tanyaku. P
![NIK | "Meeting You Was Fate" [2]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/10/01/key-3087898-640-5d92e3810d823046866ed2a2.jpg?t=o&v=410&x=225)
Tak bicara. Sepiring nasi kuajukan padamu. Dalam diam, terpaksa kau habiskan. Selesai makan. Aku segera berdiri. Sambil berlalu, kuacak kepalamu saat
![NIK | "Meeting You Was Fate" [1]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/09/30/key-3087898-640-5d91a87c0d8230354a110d43.jpg?t=o&v=410&x=225)
Aku baru sampai rumah. Berselisih di pintu dengan Amak. Kukira baru pulang dari sholat zuhur di masjid Al Jihad."Baru pulang?""Iya!""Ada Nunik!""Hah?"
![NIK | " Just The Way I Am" [15]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/09/26/flower-2197679-640-5d8c9e7e097f3677822c99d2.jpg?t=o&v=410&x=225)
Kukira, tak lagi kau simpan mendung di hatimu. Dan, Kembali aku jadi pendengar kisahmu. Inginmu juga impianmu.Aku menatapmu. Menyimak ujaranmu. Sambil
![NIK | "Just The Way I Am" [14]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/09/25/flower-2197679-640-5d8b39ca0d823048b760b8c3.jpg?t=o&v=410&x=225)
Usai azan mahgrib. Tinggalkan Pantai Padang. Naiki angkot jurusan Air Tawar. Berhenti di simpang Jalan Cendrawasih. Terburu berjalan ke masjid. Berakh
![NIK | "Just The Way I Am" [13]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/09/24/flower-2197679-640-5d89d3ba097f3610ff2bb2e2.jpg?t=o&v=410&x=225)
Tak tampak letihmu. Sejak pagi, kau ikuti alur napak tilasku. Duduk di sudut biru kantin Fakultas Hukum. Temui Ni Yul di Dekanat. Pulang dari kampus,
![NIK | "Just The Way I Am" [12]](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2019/09/23/flower-2197679-640-5d8872dd0d823032f53dc662.jpg?t=o&v=410&x=225)
Kau masih berdiri. Menatapku dan menunggu. Kuanggukkan kepala. Kau ambil gelas berampas kopi. Kau bawa ke dalam rumah. Keluar dari pintu. Wajahmu meme
