Anak kita perlu dipahamkan, pergaulan semestinya lintas batas, sekaligus harus terus diupayakan untuk kegiatan dan aksi positif.
Mengapa ada geng sekolah, apa motivasi mereka, apa tujuan mereka dan bagaimana jalan keluar mengatasi masalah tersebut...simak ulasanya berikut ini.
Sebuah ironi bahwa Yogyakarta adalah Kota Pelajar, namun juga sarang klitih dan geng-geng sekolah yang menolak punah. Apa solusinya?
Setelah tidak bertemu selama 30 tahun, ternyata kabar yang dibagikan dia adalah masih melajang dan dia happy-happy saja.
Karakter perempuan yang tidak mudah nyaman jadi susah untuk memilih teman yang cocok & sejalan.
Kisah circle kami telah berlalu menjadi kenangan manis circle putih abu-abu. Kami berpisah tanpa kenangan wisuda
Angin yang berhembus Seolah ingun menghapus Sisa-sisa sejuknya embun Di sudut rindu terhimpun Ada masa-masa ketikaTawa dan canda begitu mudah
Grup Tiup ini berdiri sejak tahun 1960-an, beranggotakan kaum bapa dari berbagai majelis jemaat GBKP di kota Kabanjahe sekitarnya
Memasuki kelas 11 dunia pergengan ini makin menjamur, di kelas saya saja ada 4 geng waktu itu
Saya sangat berharap kami dapat terus kompak dan tetap berkumpul sampai tua nanti.
Geng remaja sebetulnya bentuk "counter culture" yang harus disikapi dengan "counter culture" pula.
Bergabung dengan geng ataupun punya geng di sekolah maupun di kampus ya boleh, tapi perlu pandai-pandai juga kan dalam memilih dan memilah
Sebenarnya geng-geng usia esempe itu sifatnya juga hanya spontanitas terangsang heroisme remaja awal di usia belasan tahun di bawah 15-an tahun.
Alasan membuat kami menjadi satu geng adalah karena kami sering belajar bersama. Aku punya geng di kelas 1.4 ini.
Pada masa itu, tidak semua pelajar mengendarai roda dua ke sekolah. Paling hanya satu-dua saja. Angkutan umum masih dalam masa kejayaannya.
Persepsi common enemy, dapat membentuk sekumpulan orang bersatu yang disebut geng sekolah atau kampus.
Serunya berkawan dengan berbagai geng, dapat ilmu, pengalaman, pertemanan yang luas, dan kenangan
Sebut saja geng krucil, karena fisik kami yang kecil. Kemana-mana kita selalu berdua, kadang ada dua temen cowok yang suka ikutan nimbrung sih.
Suatu waktu entah 'kemasukan' apa teman-teman, hampir semua kompak bolos. Padahal gurunya ada.
Kami sering mengulang cerita saat kami masih bersekolah dulu. Ada beberapa peristiwa yang mungkin akan diingat terus oleh seluruh anggota kelas.