Rasa sakit datang karena hidup di masa lalu, dan rasa cemas singgah karena hidup di masa depan. Lantas apa yang engkau risaukan?
Seorang pemuda bersandar santai di bawah pohon Trembesi. Sesekali kepalanya celingukan
Maha Guru Ayah sibuk memilah buku-buku tua yang berderet rapi di dalam lemari kayu.
Dunia tidak perlu tahu kita sedang hancur atau babak belur. Dunia cukup tahu saat kita sedang bahagia menuai mujur.
Maha Guru Ayah melepas genggaman tangannya perlahan. Setelah mengangguk kecil ia berlalu meninggalkan Nyai Faimah
Sosok berpakaian serba hitam melompat sigap ke atas batu. Mengambil posisi duduk bersila seraya memejamkan mata.