“ Oh, bodohnya aku. kenapa hati ini harus ikut menangis mengikuti kristal pedih, yang mengalir turun dari sepasang mata sayu itu. Harusnya kuhentikan
Tuan, dulu kau sapa kami dengan janji. Hati kami nelangsa dengan beribu mimpi Diatas Podium Khotbahmu menggelegar segarkan telinga Mulut kami terse
Ketika kepal teriakan terlanjur terurai ketika kembang-kembang asa berubah menjadi layu telinga mereka masih berselingkuh didalam megah gedung
[caption id="attachment_144167" align="alignright" width="337" caption="Sosiawan Leak saat jag-jagan (berekspresi bebas) di panggung Gedung Nusantara