ada serpihan di setiap bongkahan luluh lantak menyebar di halaman berserakan di taman kebangsaan memporak poranda kebhinekaanidentitas menjadi politik
saling hujat saling caci dan riuh memaki menjadi budaya baru yang mentradisi dan ibu pertiwi menangis tak berhenti atas anak-anaknya yang dilahirkanny
dawai-dawai bergetaran meliuk dalam lenggok tarian kencang menebas segala arah kanan dan kiri terbuyar rebah lingga menjadi mantra-mantra pukulan
patuhlah engkau, duhai jiwa-jiwa mulia hanya kepada Allah, Tuhan yang engkau puja hanya kepada-Nya sajalah engkau menghamba dermaga terindah tempat me
ketika fitnah sedang bersimaharajalela pikiran dan hati akan terus merasa bahwa tubuh sedang di akhir dunia ketika manusia sudah menjadi tu
kita tak diciptakan untuk saling memaksa akan tampak aib bangsa ketika saling mencela mari duduk menghampar setikar bersama barangkali saja gelap
tak ada yang lebih deras dari hujan fitnah di bulan nopember dibangunlah opini di penggorengan sampai gosong dibolak balikkan tak ada yang l
lelaki itu selalu mengasah pedang menikamkannya pada kerakusan menebaskannya pada ketakabburan melakukannya penuh kehati-hatianlelaki
diri kita sudah terbelah dan terpecah satu di kanan, satu di kiri, satu lagi berdiri resah yang di kanan selalu memposisikan di jalur kebenaran dan me
mari mengangkat kedua lengan dan menadahkannya kepada Tuhan agar bangsa ini selalu diberi kemenangan mari menundukkan segala keangkuhan agar bala
berkiprah dalam sejarah cinta pada bangsa bernama Indonesia mengukirnya dengan lintas pena publish saja dengan klik, ia purnanoda-noda menggantung di
keping-keping berserakan laju roda ujar meluluhlantakkan bergilir memutar haluan tertajam adalah ledakan pengkhianatansobekan pamflet bersebaran angka
damailah aksi jangan ada sedikit pun benci jangan terseret arus provokasi dan agitasi sebab jiwamu adalah jiwa-jiwa suci berikan keteduhan pada j
kita adalah Indonesia lahir dengan takdir berbeda hidup di kampung halaman yang samasaya terlahir sebagai suku Jawa anda berbeda sebab anda dari Papua
dalam emosi kita ada kata demonstrasi sementara hati kita menyebut silaturahmi pada demonstrasi selalu ada doninasi peran emosi pada silaturahmi emosi
segala keretakan dan perpecahan pada gilirannya menuju kehancuran larutnya segala hiruk pikuk perdebatan tak akan sampai pada jalan penyelesaian
sewajah mayang di ceruk dada terdalam membisikkan pulang secarik halaman bertubi-tubi tulisan menuliskan pulang setangkai kembang menghias d
sejarah dan legenda berada di selatan Jogja sempat sejenak di sana mengamati jelang senjanikmatnya ikan tuna dibakar disantap bersama m
selalu ada perbedaan dalam keyakinan seperti potongan puzzle yang dipisahkan lalu disusun seperti yang diinginkan kita harus membacanya sebagai kehend
ketika demo terjadi ada cangkang ada isi satu senyawa materi yang meliputi dua sisi cangkang selalu bergoyang menuruti tarian kendang