Waktu seakan bergulir terlalu cepat, satu per satu dari mereka pun pulang. Tinggal aku dan Ali berdua saja. Sepertinya pria berhidung bangir
Aku bermimpi. Aneh. Karena beberapa hari terakhir, tidurku… ehm… gelap. Dan yeah, aku memang bermimpi, saat tidur siang yang amat sangat tidak sengaja
previous Angin beraroma garam mengganggu penciumanku sedari tadi. Sentuhan lembut dari bibir Maura masih saja aku rasakan selama beberapa jenak. Mani
Kisah lainnya: Cinta Pertama Maura, Terbang ke Kotamu Aku melupakan Maura. Paling tidak, itu yang kulakukan sepanjang dua hari ini, selama aku meng
Aku kembali lagi ke tempat ini. Sebentar, kuhitung dulu. Satu, dua, tiga, empat…. Ya, lima tahun. Lima tahun lamanya aku baru melihat lagi tempat ini.
Aku melihatnya lagi. Di duduk di tempat yang sama setiap harinya – di bangku paling tepi sebelah kanan. Dia datang pada waktu yang sama tiap harinya,
previous chapter Rhein menghambur ke ranjang empuk berlapis sprei biru muda. Ia ingin sekali menangis, tapi tidak bisa. Padahal ia merasa hatinya ter
previous chapter “Rhein. Kamu mau ikut Mama?!” Rosi merasa harus setengah berteriak agar pertanyaannya barusan bisa membangunkan Rhein yang masih te
previous chapter Rhein kembali ke apartemen. Dilihatnya sang ibu sedang membuat minuman. Ada tiga gelas tinggi di meja dapur dan masing-masing sudah
previous chapter Al dan Rhein melangkah melewati Maya yang masih mematung di dekat pintu. Maya sendiri setengah takjub melihat Rhein. Gadis yang dili
previous chapter Belakangan ini, keriput makin jelas tergambar di wajah Dahlan. Ia banyak memikirkan Maya. Sebagai ayah – walaupun hanya ayah angkat
“Aku tidak tahu apa jadinya diriku jika aku hanya sendiri berdiri di tepian jurang ini,” ucap Carla Hudson dengan wajah memelas. “Jurang apa?” tanya
previous chapter Nyonya Berta masih saja bergeming. Di hadapannya, Al dan Maya juga melakukan hal yang sama. Tapi, mereka diam karena menunggu Nyon
Kamila menyingkap selimut biru muda yang semalaman membalut tubuh indahnya. Ia turun dari ranjang dan berjalan ke arah meja rias. Kakinya yang tanpa a
previous chapter Kurang lebih tujuh bulan Rosi menjadi penghuni sementara rumah keluarga Tuan Wawan. Selama itu, Rosi berusaha mematuhi apa yang pr
previous chapter Dua minggu sudah berlalu sejak Rosi memberitahukan perihal kehamilannya kepada Berta. Belum ada lagi yang diberitahu soal itu. K
previous chapter Dua puluh tiga tahun yang lalu… Pukul empat sore, Berta sudah berada di pinggiran kebun teh milik orangtuanya, tak jauh dari ru
previous chapter “Pulang?!” Al nyaris berteriak ketika mendengar permintaan Maya. “Untuk apa? Kau tidak bisa pergi begitu saja, Maya. Meskipun bisa,
previous chapter Suasana di ruang tamu itu mendadak senyap. Tiga orang dengan tiga pikiran. Semuanya belum ada yang berani bersuara. Setelah menciu
“Kau sakit apa, Zee?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Mou hanya sepersekian detik setelah tiba-tiba ia membuka pintu kamarku. Dan itu membuatku mele