Pemilik Rindu Kerling pelangi Setelah teduhnya rinai hujanAkan kucoba halangiDalam bias rindu-rindu menawanPada kaki gulitaBertapak sejalan&
Tidak terhitung jumlahnya air mata jatuh membasahi pipiku. Kata orang, wajahku seperti artis cantik India, Preity Zinta. Makin cantik saat menan
Dia tak berarti apa-apaKetika dia hanya menjadi pembungkus kacangAtau jadi pengelap meja yang terkena tumpahan kopiTapi dia bisa berubah menjadi jumaw
Rona jiwa berlalu dalam arah mentari kian redup akibat ditelan datangnya malam. Kini senja datang menati permulaan hingga larutnya malam tiba.Mengarah
“Aku bisanya sesudah jam 15.00. Nanti langsung ke Warung Naskuter di Jalan DR Sardjito itu”. Begitu balasan inbox fesbuk dari Umi Azzurasa
Kuhampiri Lelaki Tua itupada suatu PagiHendak kemanasepagi ini,Pak Tua Menatap TajamMembaca matapikirankuSejengkal waktu terlewatiSenyum kebapakan tam
malam melarut, ghulam-ghulam menepis kantuk. denting gelas kaca harus tertata sesuai urutan oktafnya. permadani beludru hijau terhampar di antara li
Baligh, kaki kananmu lekaslah mendaki. Namamu menua, tangan mungilmu mencari masa gundu yang terampas. Sampailah pada balagha semi. Kedipan mata
Jauh di sana, rasaku tertinggal; Setelah ku simpan birunya awan, mendungnya langit. Mataku memotret pantai berpasir gurun. Segarnya hijau hanyalah
Kehidupan, dialah jelmaan kematian. Yang abadi hanyalah penentu jelmaan Kita terlahir sebagai petani, mencocok tanaman, mengusir hama, memanen tan
Ah, inikah baldah yang kau ceritakan, juga naseem pagi yang sarat akan senyummu. Itulah dirimu, kemarau rasamu tak pelak buatmu tergugu sendu. fat
[caption id="attachment_237418" align="aligncenter" width="300" caption="kumpulan snapshot zee"][/caption] Hidup ini hanya masalah terbiasa, kare
HATI bagaikan lautan yang dipenuhi berbagai mutiara tersimpan. Tak salah, bila hadits nabi, dan para sufi bijak mengatakan: “Dalam dirimu ada segumpa
HAMPIR tak bisa menceritakan apa sebenarnya yang terjadi. Empat bulan lalu. Atau kurang tujuh hari lagi, genap lima bulan. Aku hanya bisa menatapnya.
Sedari awal, saat Kompasiana berubah wujud menjadi sebuah portal Media Warga (Citizen Media) seperti sekarang ini, saya dan Kang Pepih bermimpi Kompas
Bila orang melihat bagaimana keadaanku sekarang ini, tidak akan pernah ada yang percaya dengan pengalaman pahit serta penderitaan yang harus kualami d
Hari ini gembira ketemu kamu lagi say, ngga bosankan denganku?...Selalu banyak kegiatan yang kau kerjakan,aku cuma bisa tarik nafas panjang,hmm...
[caption id="attachment_93242" align="aligncenter" width="533" caption="Kompasiana Diserbu Fiksi"][/caption] Sudah dari tadi saya duduk di depan komp
Beberapa tahun yang lalu, pada sebuah malam yang membuat jatungku berdebar kencang. Dipelataran ruang itu, kali pertama kita berpelukan begitu deka