Malam ini kuguriskan senandung pilu. Malam beribu nestapa dalam duka lara dan derita.Entah harus dimulai darimana. Jendela kata harus kubuka. Melerai
Hari ini panas terik tak sebanding kemarin. Di bawah tubuh langit, bergelimpangan ruh ruh yang terpenjara di antara jeruji waktu dan ruang tanpa kenda
Kutimang senja. Diantara warna saga. Lembayung menitikkan rona jingga. Aku berselancar. Di rawa rawa awan tipis. Dibatas cakrawala membentang. Kupudar
Kali ini hujan datang membawa kayuh kayu. Di ujung rintiknya berduyun jarum menusuk ranting yang kuyu. Hinggaplah ia. Kepada pohon pohon. Daun daun hi
Yes. Aku terbebas. Yes ... yes... aku terlepas. Jelajah samudra. Jelajah nirwana. Kuteteskan asa. Kurebahkan raga. Kulelapkan jiwa.Yuhuu... kusenandun
Ayah. Kugenggam jemarimu. Dalam ruang ruang hening. Kutitipkan rindu. Dalam jarak yang jauh. Kutenggelamkan sungai sungai yang jernih. Biar ia me
Aku pergi.Kuucap itu sekali lagi. Setengah berbisik di belakang telingamu. Kau mengantarkanku sampai di depan gerbang pintu masuk stasiun. Untuk
Siang yang damai. Langit yang teduh. Aku ada diantaranya. Meremang di antara pohon akasia. Bersyukur untuk segala suasana. Untuk segala kehendak Nya,
Hanya secangkirtapi juga masihtidak juga mangkirsebab itu kasihMalam minggu juga kopikan itu cintasudah pula jadi hokikan tak sampai pintaBintang di b
Matanya merah menyala, emosinya meledak, membuat tampak menyeramkan. Yang sebelumnya lemah--lembut, penuh sahaja dan selalu membuat rasa nyaman siapa