Untuk apa berharap menjadi nyata, jika dalam dunianya aku hanyalah fana?
Tak mampu aku menetap, langkahmu terlalu cepat untuk kujejaki.
Kau adalah bayangan di senja yang temaramSelalu ada namun tak pernah bisa ku genggamAku terus berharap mencarimu dalam diamTak pernah bisa ku jamah se
Saat doa dan rindu telah menjadi sembiluSatu dari mereka tetap menjadi candu
Bunga Tabebuya bermekaran di taman kota lama. Sang lelaki datang dari luar kota
Pada saat Aku akan berkata kepadamu ... dan pada saat itu pula engkau mampu menjawab ...
Begitu cepat kuberlari mengejarmu Tak kusangka kau berada di belakangku
Bayangan yang lewat dalam pikiran tak akan tertangkap dengan genggaman tangan, hanya menyelinap dalam pikiran
Andai hidup berjalan sempurna hati terasa tentram dan damai
Fatamorgana yang memukau, sering kali menipu mata, jangan terjebak dalam kilau semu
Yang terlihat baik ada yang belum tentu baik.
Rinai-rinai hujanmu 'kanku biarkan mengalir kepadaku. Aku suka jika kau berlabuh kepadaku
Sebungkus fatamorgana dalam saset, tersodor. Kudapankah ini?
Semakin ia menghilang, memudar dalam ketiadaan. Menghilangkan batas antara nyata dan khayalan.
Terlelap dalam tidur musim hujanmenghadirkan mimpi tak berujungberselimut manisnya pengharapanhibernasi dalam suasana
Aku hidup dalam ilusi dunia yang itu adalah fatamorgana
Renungkanlah, wahai jiwa yang terluka,Ramadan adalah saat yang tepat untuk bermula.Perbaiki diri, tingkatkan kebaikanmu,Dan jauhi segala dosa
Elok wajah terukir dalam nestapa. Menuju kian meramu
Aku selalu mengira perjumpaan kita pasti punya alasan. Betul, kamu datang hanya ingin memberiku sebuah pelajaran.