Wong Tengger menunjukkan keliatan kultural dalam menyikapi modernitas yang sudah menembus dinginnya pegunungan dan putihnya kabut Bromo
Puisi tentang mendung yang mulai menghampiri langit lereng Semeru
Suku Tengger percaya bahwa manusia yang telah meninggal dunia dalam waktu tertentu masih tinggal di antara keluarganya sebelum kembali ke swargaloka.
Puisi mengenai wanita-wanita yang setengah bertelanjang dada dalam ritual sakral entas-entas keluarga.