Tak terasa kian jauh perputaran waktu untuk menunggu, kerinduan yang terus membayangi tak jua mereda, malah kian meradang
Semua perjalanan di bumi telah ada sesuai aturanNya, namun mampukah ku bertahan dalam rasa?
Aku hanya terdiam, terpaku dan menunggu keajaiban hidup. Meski kedukaan masih terus mengikuti, entah kapan semua berakhir
Aku tak tahu, sampai kapan ini berakhir. Bahkan sudah tak mampu ku jalani hingga rasa putus asa menghantui pikiranku.
Semua hilang tanpa bekas ketika rasa itu hadir di saat yang tepat dan menggeliat cepat selanjutnya menjadi nikmat
Sejak saat itu, sejak gerimis sore membasahi tubuhmu.
Bumi, angkasa raya dan segenap makhkluk. Siapa pencipta dan pemiliknya?
Ada yang sudah lama menyatakan suka Namun bagimu ada saja alasannya
Rasa takut dan khawatir yang berlebihan membuat dirimu ditimpa ketidakpastian
Ketiadaan awal dari suatu penciptaan nanti setelah tahap kehilangan semua akan menjadi sirna
Aku memiliki jabatan dan kekuasaan tetapi, jabatan dan kekuasaan untuk apa?
Entah aku sepertinya tak mengerti mengapa kamu mudah menafikkan perkataanmu
Entah kenapa rasa ku tertuju padamu Bagaikan bunga mekar di pagi hari Yang selalu melambai-lambai seakan memanggil nama mu
Aku bimbang dan ragu, benarkah ini dirimu yang hadir sepekan yang lalu??
Terasa hampa terasa ada yang kurang terasa ada yang hilang
Ah, November....Gadis manis bermata biru langit, kau terlalu muda untuk terluka, dunia ini terlalu fana untuk ditangisi sia, aku padamu....
Puisi tentang rasa yang tak pernah diminta untuk saat ini