Aku dengar kau sakit, sehingga beberapa cumbu kau lewatkan
dari balik dinding kaca, aku lihat malam mendekap erat cinta begitu dalam
Kepada malam yang aku tak henti mengingat gelapnya, tetaplah di situ dengan segala ketergantungan rindu
di sepanjang pantai barat pangandaran hening yang dikirim ombak dari jantung lautan
Malam di senja hari, aku menemuinya dengan badan penuh rasa
Perjalanan terpanjang adalah menujuMu meyakinkan diri tetap dalam cintaNya
peluk dari jauh, peluk raga jiwaMu dengan penuh memeluk mataMu yang tajamnya merobek masa lalu
Tolong dengarkan ini Khalil Gibran, yang tulisannya telah banyak aku baca, Aku kini menjadi puisi yang kau tulis di setiap sabda Sang Nabi
Tadi malam hujan turun begitu deras Aku berteduh di bawah mataMu yang basah
Seringkali kita hanya mengerti rasa sakit Lalu membiarkan begitu saja keindahan berlalu Seperti kisah sedih tentang masa lalu
pelukan demi pelukan bayang hangatkan tubuh sunyiku di sana, dari kejauhan mimpi-mimpi tak menjadi
Tanah yang basah oleh hujan dan hati yang kering oleh luka, dalam waktu bersamaan menyetubuhiku
Bagiku mencintai malam adalah jalan menuju hening terdalam
Tak ada kabar dia berikan selain kerinduan tak terungkapkan oleh malam dan rasa kehilangan yang lebih sangat daripada perpisahan
Perum Kannada Permai, beberapa rumah sebelum masjid Dini hari menjelang adzan pagi dikumandangkan Sayup hening memanggil keheningan
Aku menyaksikan banyak kalimat berterbangan ke segala penjuru angin