Baju-baju tergantung pada seutas tali yang panjangMembentang dari satu sudut ke sudut yang lainMemamerkan warna, memamerkan busana
Sang lelakai menggantungkan harap pada Juni. Semoga Juni menghapus segala elegi Mei
menceritakan tentang seseorang yang bersedih atas kehidupan nya, namun hidup harus tetap berjalan
Duh, gusti ke jurang Neraka pastinya negeri ini! Entah berapa banyak tangisan nestapa telah terjadi
Jatuhcinta, di antara mereka ada yang janggal Terjatuh. Kali ini aku tidak mengeluh.
Sebuah foto cantik milik seseorang yang disimpan namun jatuh ketangan orang lain dan dijadikan obyek media sosial
ufuk senja yang merona keemasan,Terukirlah kenangan indah bersamamu.Cinta yang tulus, seperti sinar mentari,Menyinari langit hatiku dengan hangatnya
Adakalanya elegi menghiasi jiwa yang menyiratkan kenangan masa lalu yang tak junjung menghilang
Perihal nasib pembawa pesan ketika harus menyampaikan amanatnya, ketika Sang penerima pesan belum memungkinkan untuk ditemui.
Elegi esok pagi mengalun lembut, Seperti senandung hati yang terpendam,
Puisi Daniaji yang bergenre elegi kali ini dibacakan oleh Adinda Puteri
Namun, biarlah, sebab cintaku tak perlu jawaban, hanya butuh tempat berteduh, dalam hatimu, selamanya.
Selimuti malam dengan cerita perih, 'Lusuh' merajut kehidupan dalam titik-titiknya.
Selepas malam yang menggigil kenangan yang membeku mulai tanggal
Kegundahan dan Kegelisahan bapak-bapak sindrom paruh baya, upaya menolak tua
Nurani terdayuh menampaki perempuan menghisap kretek Meredam kepulan citta dan tangis dengan bara lintingnya
Beribu detik aku menunggu. Tak satu aksarapun keluar dari mulutmu. Begitu besar kah kesalahanku
Kini, kaupun pergi. Aku tersedak tanya di antara penggalan sketsa lirih sebuah elegi.