'Kami yang berbahagia' Tulisan itu terpatri disana. Aku menutupnya. "Kamu baik-baik saja kan Dyah?". Aku menggeleng. Perasaanku tidak cukup b
Ini kali kedua dia bisa menyempatkan singgah. Di simpang tiga titian. Di antara rerimbunan pohon bambu. Tujuh senja dia kunantikan. Entah harus berapa
when we dance, angels will run and hide their wings.. (*) "Mas tak pernah bilang, Mas mencintai saya". Aku hanya memandang
"It's bullshit kalau Lu bilang nggak harus memilikinya. Semua orang yang kita cintai, harus jadi milik. Itu sebabnya orang-orang, terutama orang seper
"Ayo sini" aku menepuk batu di sebelahku duduk, sebagai ajakan. "Duduk sini nak, dekat ayah" kali ini aku membentangkan tangan. Langkahnya takut-ta
"Om Nito jiiiieeeeekk!!!" serunya kesal. Mukanya ditekuk, lalu merebut boneka kain dengan topi berwarna merah jambu dengan rambut pirang terbuat dari
Saya tak terlalu suka binatang peliharaan. Menurut saya, binatang peliharaan itu hanya menambah kerepotan. Namun tidak adik saya. Dia suka sekali deng
kata cintamu serupa peluru menghujam, mengoyak, merobek-robek tiap sendi darahku dan senyummu bagai asapa-asp mortir berkelebatan, menghapus ingata
Dia tersenyum melihatku yang berdiri di antara rak-rak, gantungan-gantungan dan kotak-kotak keranjang pakaian di dalam sebuah toko serba ada, aku menc
“Namanya Themis. Themis sang Dewi Keadilan” jawabku padanya. “Mengapa matanya ditutup, Ayah?” tanyanya lagi, sambil tetap memandang foto sebuah pat
"I Love U, Lou" Aku menghela nafas. Menyelipkan kembali kartu kecil yang terikat di buket bunga mawar merah yang baru saja kuterima. Buket bunga ma
panasnya matahari membakar telapak kaki siang itu di sebuah terminal yang tak rapi.. Aku melompat turun dari sebuah Metromini yang terus m
Aku melihatnya berdiri terpaku. Sendiri saja,di tengah-tengah. Bergegas, aku ikut berdiri di sampingnya. "Kamu sedang apa? mengapa hanya berdiri di
[caption id="attachment_172810" align="aligncenter" width="331" caption="*pada akhirnya semua hanya menuju satu, pulang*"][/caption] tak lelo lelo
melati dari Jayagiri kuterawang keindahan kenangan hari-hari lalu dimataku tatapan yang lembut dan penuh kasih * Beberapa minggu belakangan ini,
Aku terpaku. Pak Haji Misbah, menepuk pundakku. "Pulanglah, masih ada Ibumu di rumah, setelah itu nyekarlah. Kau mau kuantar?" Aku menggeleng.
ada cerita tentang aku dan dia dan kita bersama, saat dulu kala ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka, saat kita tertawa *