Hari itu gedung pendopo agung kampus di penuhi oleh kelebat warna biru. Topi toga menyembul dari kursi kursi yang berjajar rapi. Aroma pa
Trotoar jalan Asia Afrika yang lapang ternyata membuat hati Jimmy terasa lapang juga. Ia berjalan zig-zag dengan gaya yang sempoyongan, merentangkan t
Pagi itu kabut masih menyelimuti sebagian besar areal kampus ketika Rein menginjakkan kakinya di gerbang belakang. Hawa dingin menusuk-nusuk tubuhnya
Rein memandangi ilalang yang bergoyang-goyang di tiup angin sore dari belakang gedung kuliahnya. Telinganya mendengarkan suara frontman Candle Box yan
Rein memetik gitarnya dengan serius, ia sedang mencoba trik menyetem gitar dengan baik dan benar ala Umam. Gadis itu berkali-kali memutar putara
Malam menjelang ketika Nara dan Rein sampai di tempat tujuan. Beberapa warung jagung bakar yang berdiri di sepanjang Jalan Raya Lembang telah me
Rein dan Nara berjalan berdampingan mendaki tangga semen yang kasar, keluar dari areal kosan Redi dan mulai celingukan kiri kanan untuk menyebrangi ja
Rein termenung di depan televisi Redi yang tengah menyala. Televisi Redi adalah satu-satunya televisi yang ada di kompleks kosan yang memiliki kamar b
Rein berguling gelisah di ranjangnya, sebentar-sebentar ia duduk, rebahan, berdiri dan duduk lagi. Ia memikirkan perkataanya yang pernah &
Bila ia bertemu dengannya secara tidak sengaja di jalanan kampus, Rein bergaya layaknya striker sepakbola, menghindar ke kanan dan ke kiri lapangan di
Jed selalu terlihat menarik di matanya. Lea benar, selama ini ia masih menyimpan rasa itu. Rasa yang seharusnya telah ia lupakan. Rasa yan
Matahari telah condong kearah barat ketika Rein menghampiri Ratri yang tengah duduk sendiri di bawah selasar berkanopi yang menghubungkan kantin dan b
Kantin Mas Nano lumayan ramai, ada beberapa wajah yang Rein kenal. Mas Nano tengah sibuk melayani para pelanggannya. Apron hitamnya menyamarkan noda-n
Semenjak mengakhiri hubungannya dengan Shia, setiap hari Rein berdiam diri di perpustakaan. Ia senang memandangi wajah ramah pak Soma yang tenga
Shia mendadak berang, ketika siang itu Rein menanyakan perihal Winda saat mereka bertemu di selasar yang menghubungkan gedung kuliah Shia dengan Kanti
Rein bangun lalu mengucek matanya. Sakit kepalanya berangsur hilang. Jam dinding telah menunjukkan angka 6.30. Ia bergegas memakai sneakersnya d
Tapi terkadang kebenaran datang walaupun tidak di minta, dan kebenaran tentang Shia pun kini tercetak jelas di wajah Winda. Rein tidak ta
Rein baru saja keluar dari wartel milik pak RT, bapak kosan Shia ketika si bapak yang tengah sibuk dengan sarung kotak-kotaknya itu bertanya kepadanya
Shia mengamuk, pemuda itu mulai melemparkan benda-benda yang berada di dekatnya. Bagaikan hujan es yang turun dari langit. Uang receh, kaleng pewangi
"Rein ikut aku aja yuk, aku anterin sampe rumah, Shia kayaknya lama." Tiba-tiba Jimmy telah ada disampingnya."Gak usah Jim, makasih nanti Shia marah l