peserta no 42 angin menyapa wajah ayu perempuan lugu pemetik pelangi kala senja singgah ditepi dermaga melabuh pandang hingga keseberang teruk
Kan kuceritakan untukmu sebuah kisah: Tentang desah pada setiap resah Tentang cinta dan pengharapan Tentang hitam putih kehidupan Tentang anggur
[caption id="attachment_371137" align="alignnone" width="300" caption="dokument ranngkat"][/caption] “lelaki sepiku..” katamu ketika jari mu menyen
wahai lelaki misteri yang terjebak di persimpangan janji kau bukan lagi merpati yang baik hati penabur kesal di sepanjang lorong hati ~*~ tak mam
[caption id="attachment_371078" align="aligncenter" width="284" caption="Image from Google"][/caption] Aku (bukan) perempuanmu Tak berpikir bisa men
Sumber gambar : sini Oleh :Febby Litta (53) * Aku Perempuan sedang tertatih untuk menjadi perempuan bertutur dari hati jujur tanp
/1/ Kau adalah alasan terindah bagiku Tetap tegar mengarungi derap waktu dan masa Berubah sesuai situasi dan kondisi yang ada Yang tak pernah sela
Nomor Peserta 63 Pesonamu tersembunyi di balik tumpukan kata Jejakmu terbaca, meski (masih) sulit kumakna Jemarimu lincah menyusun miliaran aks
oleh Fandi Sido (no. peserta 6) * Ada sebuah berita. Bukan, banyak berita. Mikrofon, kabel, dan kilatan lensa Pembicara bercakap bangga, Meng-Iy
masihkah terpasang gembok kita di sanah? :-D oleh : Indah Noing No.86 Telah lama kuhapus ingatanku tentangmu Telah lama kubuang segalanya da
No 99 Dewi Kurniasari . Berkata luka Pada detak masa yang tetap terjaga Tentang perempuan pemuja aksara Nan setia mengeja makna . Berbisik peri
Perempuan Terbuang oleh: Enggar Murdiasih (26) pada sebuah tiang sajak kugantungkan temali birama-birama tentang asa yang terserak, berhumbalan
No 99 Dewi Kurniasari . Kuselami samudra di bola matamu Kudapati sepi tiada bertepi Tanpa ombak lincah menari Bahkan bayu, enggan membelaimu .
[caption id="attachment_353396" align="aligncenter" width="300" caption="gambar diambil dari www. walloza.com"][/caption] Imas Siti Liawati (No. 49)
Hingga Akhirnya Menjadi Kenyataan Puisi : Edy Priyatna (Nomor 2) Antik sekali rasanya kumencoba mencari suara itu ia seperti baru saja lenyap ter
NO. URUT. 5 *** engkau menata pagi di sela embun yang bergulir di rebah dedaunan senandungkan irama dini di awan selepas berlinang hujan memel
malam semuram wajahmu menangis diam-diam, dalam tidur pura-pura tak ada suara selain isak setipis angin dan derik nafas berat dari dada tipis
Tak ada batas waktu yang cukup untuk membalas jasanya//tak boleh ada kata yang dapat menyakitinya //sebab akan mendapat cap anak durhaka//sehingg
Putri Apriani, No. Peserta : 85 * Setiap hari bangun pagi buta Saat semua mata masih terpejam : terbuai mimpi yang janjikan cerita Sementara kau