Curcol yang mengarah ke konsep bisnis dari ku untuk Kompasiana , tempat ku menulis gado gado artikel.
Bersyukur kalau dapet rejeki atau anugerah, tidak melulu dirayakan pakai pesta saja. Berbagi, lebih indah. Yak. Merayakan slametan nyewu artikel di Ko
Mbak Gana,Tidak hanya arah belakang yang perlu rajin ditengok-tengok, melainkan juga kenangan, terlebih semua apa yang telah dan sudah dilakukan yang
aku ingatlilin itu pertama kutemui di toiletnyalanya sudah lama kukenal dalam antara pertautan persahabatandia yang menyala nun jauh di negeri seberan
Deargana,Seperti yang kau dan kita tahu, Kompasiana tak ubahnya kampung besar. Siapa saja dari berbagai penjuru mata angin bisa berinteraksi. Bertemu
[G5] Mbak Gana , Senyummu Itu… Teruntuk sahabatku Mbak Gaganawati Stegman Assalamualaikum ...hai Mbak Gana apa kabarmu? Semoga, Kabar bai
Mbak Gana di seberang sana, izinkan saya memanggilmu perawat. Bukan asal panggil. Ada alasannya sehingga sebutan itu saya tempelkan di nama mbak Gana.
Aku memanggilmu dengan sebutan Bunbun. Ada apa sih dengan sebutan itu? Sebutan yang satu-satunya aku sematkan padamu? Bunbun, bukan Mbak ataupun Bunda
Mbak Gana, demikian aku biasa menyapamu. Meski usiamu jauuuhh di bawahku, tapi aku merasa enjoy saja 'ngaturi' penjenengan dengan Mbak. Sebenarnya pan
{G5} Gana and MeSiang itu aku masih berkutat dengan pekerjaanku. Masih meeting dengan beberapa teman my bos. Duh, mengapa tak segera selesai, aku haru
Dear Mbak Gana yang baik hati…Mengawali kalam pembuka suratku ini, izinkan saya memanggil namamu, “Gana”. Gaganawati Dyah Panca Harsanti Stegmann, beg
Jakarta 3 Mei 2016Hai mbak Gana...saat menulis surat ini, telinga ini tengah dimanjakan dangan lagu yang penuh kenangan bersama suami saat berkendara
Dear Mbak Gaganawati Si Cabe Rawit,Gutten morgen, mbak Gana. Apa kabar? Semoga sehat selalu, bahagia selalu, punya duit selalu (kalau duitnya kebanyak