pengaruh budaya Jawa, sebagai contoh, gampang ditemui dalam kepemimpinan di pemerintahan atau bahkan juga di organisasi masyarakat.
Segala sesuatu itu sifatnya sementara, apapun itu. Baik buruk,suka duka, seperti nafas yang masuk keluar. Entah sampai kapan tiada yang tahu. Sela.
Peribahasa dapat menjadi salah satu cara yang baik dalam memberi nasihat. Peribahasa memiliki pesan yang cukup mendalam.
Peribahasa identik dengan nasihat dan ungkapan bijak. Namun, sadarkah kita bahwa peribahasa juga sarat akan sindiran sarkastik?
Puisi. Semangat menjalani hari. Kemarin adalah sejarah masa lalu. Tatap masa depan dengan harapan.
Jangan hanya mendengar sepintas, namun sudah menyebarkan informasi hoax. Hoa VS Noa salah satu cerita dari budaya Nias adalah contohnya.
Peribahasa Jawa berikut ini mungkin jarang kita dengar, padahal memiliki makna yang luar biasa.
Memberi kritik boleh saja. Tapi harus tetap berpegang pada tata krama. Seperti ajaran para orang tua dulu.
Tapi dalam konteks rumah Indonesia, kucing kita ada hanya saja sedang sakit, dan di saat bersamaan, tikus-tikus sedang berpesta dan berdansa
Peribahasa adalah bentuk kearifan lokal yang diucapkan atau tertulis yang mencerminkan kehidupan sosial di masyarakat.
"Indak ado kusuik nan indak ka salasai, indak ado karuah nan indak ka janiah", demikian bunyi sebuah peribahasa bernada optimis dalam bahasa Minang.
Peribahasa Sebagai Pembentuk Karakter Generasi Milenial
Peribahasa "Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe" memiliki makna dalam bekerja seseorang harus melakukannya dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan
Peribahasa alon-alon waton kelakon bkan bermakna negatif. Pasrah. Justru menggambarkan semangat kerja. Ikhtiar sekuat tenaga. Selebihnya bertawakal.
Cara hidup perantau di tanah rantau dengan pedoman Putiah orang tua Minang yang memiliki makna dalam.
Orangtua-orangtua orang Manggarai selalu memberi nasihat kepada anak-anak mereka untuk berteman secara baik-baik dengan orang lain.
Tukang kue puthu yang menjalani hidup dengan landasan peribahasa Jawa. Ikhlas, sabar, dan tawakal.
Seperti pohon, ia mampu mengelola kebutuhan airnya secara bijak. Manusia berbuat kebajikan adalah cara mengelola karunia. Hidup itu secukupnya saja.
Bukan hanya digunakan untuk menakut-nakuti, ada pelajaran budi pekerti dan akhlak dalam setiap kisah-kisah hantu yang dituturkan orangtua zaman dulu.
Jangan sampai kita terjebak di lingkaran pemimpin yang otoriter, KKN dan tidak berpihak pada rakyat.