Contoh Novel Bahasa Indonesia
Aroma kemenangan memang sudah selenggang. Kurang lebih seratus ribu prajurit Divisi Kavaleri Danuh membentuk pagar betis, merangkai rantai manusia
Setelah Utari menikah, dan toko kue juga sudah menempati ruko yang lebih besar, sepertinya Mama memutuskan untuk membuka hatinya kembali.
Di sebuah klinik bersalin ibukota. Dua dokter spesialis kandungan secara hampir bersamaan berhasil menolong dua ibu orang melahirkan putra-putrinya.
Maya masih larut dalam keceriaannya setelah berhasil mempecundangi spionase-spionase kepo yang ingin memantau semua aktivitasnya.
Belum pernah saya menemukan seorang koki seperti dirimu sayang. Yang berpikir dalam gagasan cinta, kemanusiaan dan perdamaian.
Setelah pertemuan terakhirnya dengan Tomi, Erika kian hanyut dalam kesedihan yang mendalam.
"Sepertinya nenek sihir tidak berhasil mengerjai kita." Mayang menatap sinis pada sosok Puspa Ayu yang terus saja menempel pada Bagus Pandhita.
Senja yang berlabuh menandakan hingar-bingar nyala lampu kota. Disertai rintik hujan yang turun dan kendaraan yang ramai lalu-lalang semakin menambah&
Bagus sejenak tampak terpesona melihat penampilan segar Utari. Gadis itu muncul tepat ketika dia baru selesai mengisi dua gelas dengan air putih.
"Bagaimana Bapak bisa menemukan tempat ini?" Utari menyesap tehnya dengan nikmat. Cuaca sore yang dingin, sangat cocok menikmati secangkir teh hangat.
Musuhnya memang bukan hanya pasukan pemberontak Han. Bukan hanya Shan-Yu. Bukan hanya sebentuk musuh-musuh jasadi. Tetapi juga jahiliah yang bermuasal
"Tolong sampaikan terima kasih saya untuk Jenderal Gau Ming."
Embusan napasnya terdengar memberat. Masalah yang dipikulnya kali ini tidak ringan. Lebih berat dari jubah berajut benang emas yang sering diantipatin
Pertempuran di perbatasan Tung Shao masih berlangsung sengit. Karena kehabisan dinamit, Fa Mulan terpaksa bergerak taktis dan manualistik.
Fa Mulan menikmati bakpao terakhirnya dengan lahap. Bakpao itu terbuat dari tepung gandum berkualitas rendah
Shan-Yu masih berusaha mengejar Kaisar Yuan Ren Zhan. Inilah upaya terakhirnya untuk menunaikan dendam yang telah berkecamuk
Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.
Bunda menatap putra ketiganya dengan dengan perasaan sendu. Wajah yang kuyu tidak terawat.
"Kalau pariban wajib dinikahi, berarti kau akan punya banyak istri. Kan banyak tulangmu. Banyak pula pariban-mu."