Pagi itu, Sinta duduk di meja makan dengan wajah pucat, memandangi secangkir teh yang sudah dingin.
Tentang seorang perempuan yang pandai menyembunyikan lukanya meski sudah sangat sakit tetapi ia tegar dan tertawa dalam hidup yang penuh deru air mata
Di jalan sepi itu, Ani menemukan kekuatan untuk melangkah dari luka lama dan merajut harapan baru. Akankah ia temukan kebahagiaan kembali?
Ahmad, seorang petani yang menghadapi tanah kering dan kehilangan anaknya, bertanya mengapa langit tidak menangis untuk penderitaannya.
Di senja harapannya yang retak, Ratna menanti rindu yang tak berujung, sebuah cinta ibu yang tak pernah kembali.
Terima kasih Tuhan untuk air mata kesepuluh di Bulan Mei ini, telah tergantikan oleh kebahagiaan yang belum pernah kupikirkan sebelumnya.
Cerita tentang dua manusia yang dipertemukan oleh waktu
Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di lereng gunung, hiduplah seorang bocah yatim piatu bernama Adi. Ia tumbuh dalam kesendirian
Cerpen Cinta di KKN mengisahkan seorang gadis yang menemukan pujaan hatinya.
seorang gadis miskin yang menjadi tulang punggung keluarganya dan dia seorang kakak yang hebat serta penjual bunga yang baik hati
tetapi ketika ia meminta uang ibunya berkata “bagus, tiap hari jajan terus” dengan nada yang tinggi, lalu ibunya pun melemparkan uang senilai 2000.
Aku tak punya siapa-siapa lagi selain dia, yang mungkin terlihat menyusahkan di mata orang lain. Namun dialah seindah-indahnya perhiasanku!
Kebencian dalam diriku terhadap sebuah cinta, semakin menjadi dan merasuki alam bawah sadarku.
Sepasang mantan kekasih yang kembali dipertemukan di tempat yang sama, namun tidak dengan perasaan yang sama.
Menghargai seseorang adalah modal utama sebagai seorang manusia untuk dihargai kembali oleh dunia dan tidak dienyahkan oleh semesta.
Cerpen ini tentang sebuah janji, janji yang seharusnya memang tak perlu ditepati
Setelah 6 tahun lamanya, aku seorang diri merantau ke Jakarta sepeninggal Mamah, ini pertama kalinya aku menemukan betapa sederhananya kehidupan dunia
Sebuah cerita pendek Indonesia karya Mario Bojano Sogen.
Kututup buku yang penuh dengan angka-angka, coretan dan rumus. Tiga jam sudah aku duduk di kelas yang merenggut moodku untuk siang ini. Begitupu
Berbaring sendiri di sunyinya malam ditemani sinar lampu yang temaram. Majalah edisi lama yang selesai kubaca, sejatinya telah raib berpuluh-puluh hal