Kekejian ini nyata, tulang-tulang jatuh dari pokok-pokok kabel: sedang aku tak ingin makan tulang dan menumpuk kematian
"Aku tahu banyak tentangmu. Kau ingin lebaranmu kembali terulang, bukan? Saat-saat ayahmu bangga menatapmu. Sebab, kau selalu menyenangkan hatinya,
Burung-burung menggugat. lainnya hendak mengekalkan kematian. sebab terengah-engah bangkit dari kematian. hingga ke anak cucu.
“Sudah kubilang, hatimu itu milikku. Lihat, hatimu tumbuh subur di sini!”
"Kau pikir, aku bekerja sendirian? Wanita yang kau anggap bodoh itu tak akan pernah membiarkanku mati.
“Tolong! Seseorang tolong ibuku!”“Seseorang tolong aku!”
“Jika menemukan gumpalan lender di hutan, jangan kau pegang. Segera lah lari! Itu bekas sugihnya Hantu Mawang!”
Oh, akankah biri-biri di kepala Mak Ngah beralih menuju peternakan Paman Donald. Agar kenyang perutnya, agar tenang tidurnya.
Entah siapa nama lengkapnya, tetapi orang-orang memanggilnya dengan sebutan Cik Asma. Ia gemar duduk-duduk di emperan toko
Aku ingin merasakannya. Sangat ingin.Kau, lelaki tak bernama. Setidaknya, kali ini penuhi mimpiku kembali.
Di dalam kastil itu berlindung keluarga bangsawan. Bangsawan Trasmoz, orang-orang memanggilnya, penguasa utama Desa Trasmoz.
Malam-malam aku mengibaPada Tuhan dan nyala api kebencianSedang takdir masih mengekorikuDengan teramat jalang....
"Hai, Sang Penguasa Kegelapan! Kupersembahkan keturunan Qens. Makanlah jiwanya semaumu!"
sesekali matilah dengan pengorbananyang paling agung: di perutku yang lapang
Sementara di waktu yang bersamaan, di luar kamar, di mana buku-buku bernaung. Telah terjadi keributan besar.