Perempuan berkonde jawaanggun bersolek di cermin hampir retakgincu merah meriah nampak di bibirnya yang tergambar separuh Langgam jawa berdendang mend
Hening. Semuanya hening, seperti tengah di mabuk kantuk tanpa ampun. ritme hujan jatuh teratur di atap-atap rumah yang pasrah menerima kehadiran merek
"dari sayap-sayap burung kecil itu berguguran sepi, sepi ku saat terhenti di sebuah taman kota ini daun jatuh di atas bangku, bagai mimpi di antara da
Perempuan itu mulai berkarib dengan warna coklat pudar yang menyelimuti sebuah bangku tua, yang berada tepat di kebun kecil sebelah kiri rumahnya.
Kalau saja penyesalan bisa di setting sebagai sebuah pendaftaran, mungkin aku sudah melakukannya sejak awal mengenal dirinya. Sosok perempuan unik, d
Perempuan berambut cokelat sepinggang itu terahkir kali memainkan biolanya sekitar 4 tahun yang lalu, memainkannya pada sebuah senja yang redup di mus
Kan begini, ceritanya hari ini aku sedang bahagia. Pagi-pagi pas melek mata, dapat sms yang manis sekali. Ucapan selamat pagi yang aku tahu diketik da
“Tunggu aku, di terminal Condong Catur. Besok 11-11-11. Jam 10 pagi. Arjuna” Begitulah pesan yang kuterima malam ini dari nomer yang tak kukenal n
“Mbah, kenapa orang kalau sudah tua harus mati ?! Dan apakah Simbah juga akan ikut mati, seperti Emak ama Bapak, yang dulu mati ketabrak kereta api?”
Berbicara tentang diriku, aku tidak sempurna. Fisikku tidak genap. Dengan hanya berkaki sebelah kanan, dengan tangan yang berjari mirip sirip ikan, da
Jonathan yang tergesa-gesa hendak menemui Azzahra di Puncak, di tengah perjalanan tidak sengaja menabrak seekor sapi berwarna putih. Karena hanya seek
Wanita di katakan sebagai mahluk Tuhan sejati, karena mereka diberi keajaiban melahirkan anak-anaknya melalui dua cara, yaitu sectio dan vaginal. Dan
Ada, Karena harus ada - Tiada, Karena harus tiada, - Meniadakan kemudian menghadirkan, Adalah, yang harus ter penuhi. - Malam mulai merambat
Udara siang ini begitu terik sekali, kering menghampiri tenggorokanku. Dan membuat stimulasi pada otakku agar segera mencari sesuatu yang dingin. S
“Huuhhh…dasar..tiwas Aya merasa menyesal sudah membuat rambut kang Inin makin jabrik..kirain patah hatinya beneran..ternyata palsu..kayak gigi palsuny
Sejak Aya memberi pertanyaan pada kang Inin, hampir setiap hari hpnya tak pernah berhenti berdering. Siapa lagi bila bukan kang Inin yang keukeuh nan
[caption id="attachment_214447" align="aligncenter" width="300" caption=" 1348550417976634634.jpg"][/caption] Sayang, maukah kau menemaiku berjalan
Aya agak terkejut dengan beberapa untaian yang di berikan kang Inin padanya. Bingung mungkin kondisi yang tepat untuk menggambarkan, betapa siang itu,
Pagi ini sederhana, Ketika aku, Melihat mbak Sekar kepasar bersama bang Cepil, kemudian bang Cepil mengusap keringat dikening mbak Sekar. Melihat,
Tanpa sepengetahuan mbak Kembang dan Kades Hans. Aya membuntuti mereka . Sesekali Aya menoleh kanan kiri, khawatir terlihat mereka. Setelah beberap