Albert menghampiri Sony, lalu tiba-tiba menempeleng keras wajah
Papi menjelaskan bahwa perusahaan kami sedang terbelit utang piutang, dan papa Albert siap membantu. Kami sekeluarga harus bersiap-siap hengkang.
Sontak aku teringat Sarno pacarku. Entah syetan mana yang mengajariku berbohong. Karena mulai tertarik dengan Johan, aku terpaksa menjawab, “Belum.”
Sewaktu melamunkan Johan, Bulik Rinten meminta bantuan padaku untuk turut melayani pelanggan.
“Akankah aku dan Bulik Rinten berebut cinta dari Johan?”
“Benarkah keduanya menjalin hubungan asmara? Apakah ketika mereka ngobrol di dalam mushola memiliki hubungan erat dengan pertanyaanku itu?"
Sesudah memarkir motor, aku dan Bulik Rinten memasuki toko. Serasa orang udik sewaktu aku naik lift.
Bergegas aku ke kamar mandi untuk mencuci wajahku yang lucu dan wagu. Usai membasuh wajah, pelupuk mata kananku berkedut hebat.
Mendengar perkataan Bulik Rinten, aku menduga-duga. Apakah Bulik akan memberikan pekerjaan padaku sebagai….?
Lantaran tak ada Paklik Harja yang semula menjadi tumpahan 12.758 sisa katanya sesudah 7.242 ia habiskan dengan para pelanggan wartegnya.
Lantaran takut dibilang cewek tak laku, aku berpura-pura menerima tembakan Sarno.
Chapter ke-2 dengan menitikberatkan pada hubungan Demian Harris dan ibunya, Mirna Harrisa. Nantikan lanjutan chapternya setiap hari jam 8 malam.
Chapter 1 dengan judul "Anak Haram", awal dari perjalanan Demian Harris menjadi leader rebel-nation dan membuka jati dirinya yang sebenarnya.
Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi - Cerita Bersambung #11
Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi - Cerita Bersambung #9
Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi - Cerita Bersambung #3
Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi - Cerita Bersambung #2
Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi (Bab 1)
Bergabung di Kompasiana bisa belajar banyak dari kompasianer lain di bidang kepenulisan dan juga saling bersilaturahmi.