Saat di mana Presiden Sukarno disambut megah di Roma, politik Belanda bergejolak. Kisah diplomasi, ambisi, dan perjuangan jurnalisme yang penuh risiko
Temukan pengalaman mahasiswa magang D4 Perpustakaan Digital Universitas Negeri Malang di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno!
Ir. Soekarno. Presiden Republik Indonesia yang pertama. Biasa dipanggil dengan sebutan Bung Karno. Lahir di Surabaya, 6 Juni 1901.Bung Karno menjabat
Willem Oltmans, lewat memoarnya Mijn Vriend Sukarno, bongkar mitos dan propaganda seputar Bung Karno, menawarkan perspektif mendalam nan kontroversial
Hasto Menyamakan dirinya dengan Bung Karno yangvpernah dipenjara karena melawan penjajah. Layakkah Hasto dibandingkan dengan Bung Karno?
Perjalanan Willem Oltmans bersama Sukarno: Mengungkap sisi lain sang pemimpin dan ketegangan diplomasi Indonesia-Belanda di tengah konflik Papua Barat
Di balik citra kontroversialnya, Presiden Sukarno menunjukkan sisi visioner & hangat kepada jurnalis Belanda Willem Oltmans pada malam tahun baru 1956
Keteguhan Sukarno di tengah intrik politik global: Dari diplomasi Kalimantan hingga perjuangan melawan propaganda Barat. Baca selengkapnya!
“Willem Oltmans kritik kebijakan Belanda tentang Papua Barat dan Sukarno tawarkan ‘demokrasi terpimpin’. Temukan pandangan kontroversialnya!”
UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno terus berkomitmen untuk memperdalam pemahaman masyarakat mengenai tokoh proklamator Indonesia yaitu Bung Karno
Ketika Sukarno mengendalikan massa hanya dengan tiga kata. Apakah ini bukti karismanya atau ancaman bagi Barat? Simak kisahnya di sini!
Puisi yang ditulis sebagai pesan untuk direnungkan makna dari setiap kata-katanya bagi Indonesia
Menelusuri ideologi Marhaenisme Bung Karno: dari petani kecil hingga revolusi sosial yang mengubah nasib bangsa.
Yudya Pratidina Marhaenis!
Yudya Pratidina Marhaenis!
Aku mengangguk perlahan. Rasa capek yang tadi membelenggu mulai sirna, digantikan dengan semangat baru. Bung Karno memang benar
“Pak, ini beneran Bung Karno?” tanya Bang Gacor sambil menggaruk kepala. Suaranya sedikit gemetar. "Aduh, saya nggak siap kalau begini."
“Bung Karno!” teriakku spontan, masih tak percaya dengan apa yang kulihat. "Apa benar ini engkau?" tanyaku terbata-bata. Sosoknya tersenyum,
Bisa jadi banyak aktivis di jaman saya terjun ke dunia politik diawali perkenalan dengan buku Indonesia menggugat: Pidato pembelaan Bung Karno.
Di tengah heningnya malam, saya duduk sendirian di beranda rumah, menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit.