Bumantara Berhasil Memantik Minat Generasi Muda Melalui Kelas Membatik
Bahwa segala sesuatu yang akan terjadi tidak bisa dipastikan hanya dengan melihat gejala sebelumnya, sebab kuasa Tuhan di atas segalanya
Suasana pagi dengan segala macam keindahan yang tertangkap pandangan mata dan indera lainnya, tak cukup untuk menihilkan ingatan wajah kekasih.
Kenangan melewati hari sejalan bersama, mengobati lara dengan tawa
Puisi yang menggambarkan seorang anak yang sadar akan cinta kasih orang tua, tapi kini usia mereka telah dimakan waktu.
Engkau adalah pemantik gelora asmara, sehingga Aku kembali bisa menikmati gairah penuh cinta
Puisi September Ceria. Bulan September Penghujung September Fiksiana Tentang Hujan Di Bulan September
Isyarat alam pada transisi waktu antara siang dan malam menghadirkan suasana batin penuh makna
Sebuah pertanyaan tentang isyarat yang tak biasa, ketika senja sedang bertandang.
Puisi sekawanan manusia yang mencoba menghangatkan diantara belantara hutan
Perihal kerinduan masa-masa indah bersama kekasih, kini tinggal kenangan sejak terjadinya perubahan sikap dan perhatian yang tiba-tiba.
Puisi yang menggambarkan mimpi dan harapan seorang anak.
Demi kebaikan dan kemanfaatan seluruh alam, ikhlas dan rela menjadi sesuatu yang bahkan akhirnya akan menjadi korban dan hilang di telan waktu.
Keadaan alam di pagi hari yang menyiratkan ketenangan, ternyata membawa ke keadaan yang tak sepenuhnya sesuai harapan, asa dan rindu menjadi tertunda.
Menghayati senja dengan menyaksikan, membaca perihal alam dan peristiwa di dalamnya, mengambil hikmah, pelajaran, meski keadaan tidak baik-baik saja.
Seumpama hujan dan hutan. Begitulah dirimu kutafsirkan. Betapa kisah di hidupmu penuh tantangan
Kota ini Semenjana Pribumi dan perantau menyatu dalam harmoni
Prasangka Kuterka gerimis akan turun Ketika awan-awan di bumantara menghitam