Tuhan mengapa kau kirimkan lemari di kamarku yang sesak seperti gudang aku butuh baju yang menyelimuti ketakutanku aku butuh topi yang menutupi ram
........ Kutahu Vananda, kau tampak cantik di pembaringan, meriah di meja makan, dan trengginas di meja sidang, tapi kau sering gagap menangkap isyar
jika jarak membuatmu cemburu maka cinta bisa sedepa jauhnya bisa juga tak terukur, karena mistar tak membuatkan angka di belakang mili jadi tak
jika keringatku adalah mawarmu maka tak cukup alasan, kau membenciku, menjauh. dan mematungkan wajahku seburuk wajah mendung lalu, setangkai mawa
jika aku tak membuka album foto barangkali aku sudah lupa kau wajah penuh luka, kemiskinan yang menyudutkan peristiwa hidupmu padahal, kau anak ya
"Jika kau berlari nafasmu akan terengah-engah, Nak" pesan ibu ketika melepas anaknya melepas sekolah, pagi tadi "Jadi aku harus bagaimana, Ibu ?"
bila suku kata ini malas menyampaikan pesan aku tak yakin benar, jika kau menyimpan rindu yang membatu senyatanya sejak sore dinding kamar
aku bagian dari kematianmu, ternyata karena bunga, dan tanda duka sudah kudekap jauh hari sebelum kau mengabarkan bahwa hari ini kau akan mati rua
tiada yang lebih indah dari rumah kayu tiang yang berdiri sebagai saka memeluk tubuh cinta "aku dan kau lahir di sini, dipeluk dinding waktu" dan k
baru kemarin sepertinya, aku mengeja kata itu ...e m a k....... tapi mengapa kini aku susah mengulanginya atau karena kerinduan yang tak lagi terja
Akulah Sukrasana, anak bajang si buruk rupa karena ikhtiarku ingin memuliakan pengorbanan nyawa, dan kesetiaanku adalah garansiku menuju nirwana ra
Drupadi : aku mengalah wajah setengah kapas lepas dari malam kesumat "ini malam pelepasan Yayi hilang mukaku, jika tak kau lepas" Drupadi : a
jika kata tak lagi bisa diartikan oleh gendang telinga ia sejatinya bara, di ujungnya adalah api yang menjilat-jilat lalu jika itu menjadi luka, sum
negeri ini tak punya cowboy tapi mengapa masih ada juga janggo negeri ini hanya mengenal petasan, tapi mengapa kini detonator dan bahan ledak ada di
telah lahir seribu kisah, namun tertambat juga sejuta kegagalan sebab teks sejarah hanya mengenal keberanian dan angka tahun kejadian jiwa kerdil ta
jika cinta itu sebilah mata pisau aku ingin memastikannya, tumpul di ujung dan punggung dalamnya sehingga tak akan terjadi, teriak luka yang menca
menunggu sebuah kelahiran, yang bangun dari larut kata pada suhu malam yang membeku di jam dinding pada keanehan yang menyentuh ujung penglihatan a
hujan telah reda, tak ada yang luar biasa bulir airmata itu bukan genangan masa lalu tapi sisa air hujan yang menempel, karena kabut tak mengijinka
jangan mencipta lagi sunyi di tengah gerimis yang setengah hati lalu apa makna dari mendung yang bersarang di sarung langit mestinya kau bukan antib
kakimu mungil, perut padi yang berisi kibas angin melukai pori, kau menyeringai lalu sayap patah burung itu jatuh kau menyambungkan pada burung lai