Di batas senja, kala langit berangsur gelap, anjing-anjing bisu menggonggong dalam diam.
Kini aku tahu, tak perlu berkata,Untuk mengisahkan segalanya,Dalam diam, kisah kita tetap
Setiap langkah seakan berat,terjerat dalam diam yang lekat.Namun jiwa mencari celah
Angin malam berbisik lembut, Menyusup ke celah jendela, Membawa cerita dari jauh, Menggugah rasa yang terpendam.
Zakharia yang adalah ‘petinggi iman’, menanggapi kabar dari Gabriel dengan keraguan dan kebimbangan, dengan pikiran dan perasaan ganda terhadap Tuhan.
Manusia memiliki kecenderungan untuk bisu, buta, dan tuli terhadap sesama dengan mementingkan ego pribadi. Harapannya kita memiliki kepedulian.
Percakapan rahasia dengan angin malam, rindu di setiap hembusan, cerita jiwa dalam keheningan, membawa mimpi di langit malam yang penuh rahasia.
Puisi: Malam Bisu dan Bisikan Rak BukuMalam bisu menyapa, menyelimuti jiwa dengan selimut sunyi.Rak buku kokoh berdiri, menyimpan cerita dalam bisikan
Di perpustakaan sunyi, berjejer rapi buku-buku usang, menjadi sarang rayap, dimakan usia yang tak henti menggerogoti
Ingatlah...bukti sejarah pertumpahan darah.Bukan untuk diulang atau diterjang.Tapi untuk diantisipasi dan dihindari.Lenyapkan kebiadaban di bumi
Judul: Harmoni Bisu dan Tuli Hiduplah Berdampingan Hiduplah berdampingan
Dalam diam kuteringat masa silam yang getir sendiri. Hidup hampa di setiap sudut harian kelam. Derai air mata ku biarkan membasahi pipi untuk bangkit.
Malam terhampar, sunyi menyelimuti, bintang berkelip, bagai permata di langit.
“Bisikan Jiwa di Antara Bisu” adalah sebuah puisi yang mengeksplorasi dialog batin manusia dengan dirinya sendiri. Puisi ini mengajak pembaca
Diam bukan kata, tapi bahasa jiwaYang hanya bisa dipahami, oleh mereka yang terkoneksi.
Tapi untuk sekarang, biarkan aku berdoa,Agar diamku didengar, di lubuk hatimu yang jauh
Mari kita belajar untuk mengekang lidah
Untuk kita yang masih diam-diam mendoakan sesuatu yang cukup mustahil.
Mengapa Bisu dan Tuli, Bukankah Dapat Membaca, Berbicara, dan Mendengar?