November, Kau buka lembaran baru dan menulis kisah kehidupan yang lebih berarti!
Kehidupan terus bersemi dalam gelombang laut yang membiru
Senyummu bagaikan sinar mentari, terang benderang di antara awan kelabu.
. Langit biru terbentang, awan berarakMenyambut pagi dengan tawa dan gema
Di layar sentuh dingin, asa bersemi,Dunia maya, hati tersentuh demi,Pesan singkat, menari-nari,Menyambung rindu di antara jarak negeri.Emoticon senyum
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kemesraan Hati. Semoga bermanfaat.
semua harapan ada halang rintang untuk mencapai tujuan,hanya keteguhan yang bisa menyelmatkan langkah hingga bersemi, tumbuh dan berkembang
Puisi tentang merawat bungan yang bersemi. Rawatlah bunga yang telah bersemi
Hatinya dingin namun bersemi, meski begitu aku tetap mencintainya
Puisi tentang harapan semoga KPK tetap kuat dan bersemangat memberantas korupsi
Kita saling mencintai, namun Keadaan yang tak mampu membuat kita bersua secara utuh, membuatku resah, membuatmu sedih.
Sebuah perenungan atas situasi dan kondisi sosial. Keadaan belum pulih namun kita harus optimis, memelihara harapan, terus berusaha dan berdoa.
Mengapa angin meniup sesuka hatinya perahu-perahu layar di sana? Adakah alasan yang bisa engkau jelaskan mengapa ia hanya berlayar di laut biru tua?
Hujan telah turun lebih dini
Mengeja dan menafsir ulang puisi hujan bulan juni karya bapak sapardi djoko damono, salah satu penyair ternama dan terkemuka di Indonesia
Dia melakukannya dengan baik tatakan lahan dibuatnya sedemikian rupa. Diolahnya tanah-tanah untuk berbiak. Wadah aneka tanaman
RomaMusim demi musim berlaluBersemi bersama hari, bulan dan tahunBersemi walau mungkin tak bersemaiDan Aku tak pernah bosan menemaniDua belas musim me
Momentum libur Idul Fitri sering dijadikan ajang reuni alumni atau reuni organisasi, atau reuni lainnya. Ini baik-baik saja karena menyambung silatura
PAGI yang bening. Matahari memendarkan cahayanya lewat sela-sela dedaunan, dan jatuh pada punggung sosok seseorang di sudut taman itu. Ya, sosok yang
Barusan saya membaca artikel bang Alex Pangestu di nationalgeographic.co.id yang bertajuk “Cinta itu Ilmiah, Kata Ilmuwan”. Saya tersenyum sendiri mem