Semua kini telah berganti. Ironinya semua itu atas nama modernisasi
SamaraS, negeri penuh teka-teki. Kurikulum berganti, siswa terombang-ambing. Kapan pendidikan terbebas dari hiruk pikuk? Simak puisi ini!
Siang berganti malam, malam mempersiapkan harapan
Mentari pagi menyapa, mentari sore pun menjemput,Hari berganti kembali, tanpa henti tanpa putus.
Pagi mulai terang mata haru mulai bersinar kembaliAkupun bangun dari tidurku dan aku memandang ke matahari dan aku bertanya kaupu bersinar
Puisi dari seorang badut yang mencintai seseorang namun tidak bisa dimiliki
Denting berbunyi disapa sang bayu Isyarat perggantian waktu
Garis tak nampak dalam pandangan Menunggu, meracik untuk bertahan Pandai ego melingkar dalam benak
Di sini, dalam pelukan hangat rembulan Aku nyanyikan dendang tentang kita
Sudahlah! Anggap saja semua cerita cinta, seperti kisah embun pagi yang hilang ditelan cahaya mentari
Dengungnya menyatakan kemenangan Gaduhnya merayakan keberhasilan Perkumpulan orang di persimpangan
Ucapan selamat hari raya idul Fitri Pemdes Sirnaresmi Kec.Cisaat Kab.Sukabumi
Sajak Ramadan Ramadan kembali menyapa membawa wangi yang dirindukan pengikut Nabi Muhammad.
Aku merenungi perputaran waktu yang ada, Februari telah pergi dengan aneka cerita
Hilang tumbuh baru, sedetik lalu berganti kenangan
Musim Berganti...Suatu pertunjukan dari Kebesaran Tuhan yang tiada tara