Puisi ini menggambarkan kesadaran akan cinta yang sementara, hadir hanya untuk memperbaiki luka, lalu pergi, meninggalkan jejak di hati yang fana..
Cerita tanpa tokoh,Adalah cermin jiwa yang tak bernama,Sebuah perjalanan yang tak pernah usai
Akankah aku terus membiarkan diriku tenggelam,Dalam belaian dosa yang tak
Di setiap sudut kota yang gaduh, Uang berbisik, memanggil hati yang rapuh. Ia berkilau, memikat pandang,
Pergi tuk menjadi lebih baik, bukan hanya pergi tuk mencari hal baik
Bulan separuh pun enggan pergi Genggaman tanganmu cukup hangat kurasa
Pilihlah dengan hati, apa yang bermakna, dan lepaskan yang tak membawa cahaya.
Di antara cahaya baru dan bayang yang tertinggal, hati melangkah ragu. Haruskah terang dikejar, atau biarkan bayang tetap ada?
Sosok tanpa wajah, hanyalah cermin waktu, Mengungkap bayang diri yang semu, Hidup yang berlalu tanpa satu tujuan
Aku melangkah, mencoba jalan ini, dunia kata yang berbisa, dan senyum yang tak pasti.
Takut ah, nanti kalau dibilang jelek, gimana? Si A aja sih, yang udah sering tampil. Sampai kapan takut terus?
Terlalu lama kau berpura-pura,Menjadi sosok yang bukan dirimu.
Terlalu lama kau menjadi orang lain, sampai kau tak lagi percaya siapa dirimu.
Di waktu ku tertidurlelap rasa lelah Memikirkanmu, dalam bayang-bayangWajah indah dirimu Ada dalam mimpi Memberi garis senyum Dengan…
Namun di kota yang terlupakan itu, ketidakadilan terus berlanjut. Perempuan terus menjual dirinya, anak-anak terus meninggal.
Kita mungkin tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi kita selalu memiliki kekuatan untuk mengubah cara kita meresponsnya
Barangkali di sini catatan kerinduan kita yang lama lebam di jantungmu
Dibawah tiang bayang bayang Aku terhenyak, melamun, diam
menceritakan tentang seseorang dalam kesendirian yang gundah terhadap perasaannya sendiri
Apa 5 teori konspirasi paling terkenal dalam sejarah? Di sini saya memberitahu Anda!