Ki Pamungkas tertatih tatih pergi meninggalkan arena pertempuarn di Prapatan Palbapang itu, diam diam. Dia pulang kembali ke Mataram dengan penuh duka
Mendadak dadanya berdegup kencang. Dia tahu bahwa ciri-ciri perusuh itu mirip seperti kelompok yang pernah dilihatnya saat di Merapi: Nogo Kemuning!
Kesadaran nalar pikirannya melemah seketika. Hanya tersisa ucapan kotor segala serapah yang akhirnya keluar dari dalam mulutnya. Pulanggeni sekarat.
Tuah tombak itu begitu kuno dan bahkan tak tertembus oleh mata batinnya. Baruklinting tak mampu menyapa tuah itu. Bahkan serasa lututnya tersedot.
"Mata harus dibalas dengan mata. Tak kubiarkan orang-orang kita mati sia-sia di Mangir”, desis Pulanggeni kepada anak buahnya. Giginya bergemeretak.
Ular dengan sisik-sisik yang keras sekeras lapisan baja itu menggeliat, lalu masuk amblas ke dalam bumi. Bergemerincing bunyinya. Membuldoser apasaja.