Tapi dengan diam, kita justru membiarkan rasa sakit semakin dalam. Cinta tidak seharusnya terjebak dalam ketakutan, Asmara. Kita harus berbicara, sali
"Mungkin," pikirnya, "aku benar-benar gagal memahami kesepianya."
Jemari Asmara Renjana perlahan mengambil pena dan secarik kertas, di bawah rembulan yang cahanya redup di mangsa oleh mendung dia tulis sebuah surat.
Kita adalah dua bibir yang saling melumat namun tak bisa merasakan klimaks, kecuali kita berani untuk bersetubuh, berani melawan takdir
Hei Asmara Renjana, aku melihat banyak pertanyaan di sorot matamu, antara keraguan dan kegelisahaanmu
Sebuah perjalanan hidup sang pemuda dengan misi hidup yang luhur.