Fenomena anonimitas cukup sering kita temui di media sosial. Benarkah anonimitas ini digunakan sebagai sarana mengekspresikan pendapat?
Sejatinya, budaya jadi rumus untuk menghadapi revolusi digital sekaligus datangnya kesempatan untuk terus bereformasi.
Media sosial menjadi wadah empuk bagi netizen untuk melontarkan hate speech dengan dalih kebebasan berpendapat.
Konsep anonimitas dalam media sosial membuat banyak individu melakukan keterbukaan diri melalui media sosial X
Fenomena akun bodong, sebagai bentuk ekstrem dari anonimitas, membuka pintu menuju pertimbangan filosofis yang kompleks
Dari menghina bapak hingga menuduh orang lain mengaku Tuhan, berikut pengalaman saya bertemu player toxic di mobile legends
Kalau Anda memang sosok warganet yang suka berlindung di balik anonimitas, apa warisan yang Anda akan tinggalkan di media sosial?
Menjadi Bagian dari Massa Mungkin sebagian besar dari kita pernah berada di sebuah kerumunan. Kerumunan di sini diartikan sebagai sebuah kumpulan indi
Admin Kompasiana sudah benar saat bertindak tegas dengan cara menghapusi artikel-artikel yang saling serang pribadi, saling jatuhkan karakter. Saya me
[caption id="attachment_195463" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Ada yang masih ingat dengan
Media Social sudah bayak bertebaran di Dunia maya, setiap bulannya selalu datang dengan tampilan tersendiri dan berbeda, sebut saja Facebook (jaringan
[caption id="attachment_130974" align="alignnone" width="621" caption="pro dan kontra anonymity (photo: http://downwithtyranny.blogspot.com/)"][/capti
Sebagai Anak baru di sini, saya baru sadar akan geliat dan dinamika komunitas Kompasianers yang sungguh bergelora dan riuh-rendah. Saya baru saja meny