Kendali langkah kaki, kau ambil alih. Berdua, telusuri jalur datang tadi. Aku tersenyum. Saat kau berhenti berjalan. Memilih duduk di tangga aula. Aku
Seperti senja. Kau berada di antara siang dan malam. Terang pun redup. Akui kalah pada kuasa rembulan. Patuh ikuti rotasi galaksi.Aku diam. Selami ras
Bertahun lalui masa berdua. Tak terbiasa, kau ungkap rasa. Jikapun ada. Itu kubaca dari goresanmu. Menggali romansa. Menyigi kepingan asa.Perlahan dis
Kureguk kopi. Kepulan asap rokokku, ramaikan beranda. Kau diam menunggu. Matamu jelajahi gerikku.Aku tahu. Tanpa ikatan apapun, antara kau dan aku. Ha
Usai makan. Mengalir kisahmu. Sejak wisuda hari sabtu, waktu di kampung, hingga pulang lagi ke Padang. Kusimak ceritamu, sambil nikmati rokok. Kuperha
Layaknya acara kelulusan. Apapun bentuk dan prosesinya. Rangkuman rasa berbaur satu. Ada kejutan. Saat rombongan dari Siguntur Muda, kampung Amak turu
Sejak tadi kau diam. Tertinggal detik yang iringi detak laju lalu. Tak kuusik. Aku mengerti inginmu. Dari kisah juga impianmu. Kau bingkai keindahan e
Kulempar pandang ke depan rumah. Bersisa gerimis. Terlihat dari bias cahaya lampu angkot. Di jalan yang mulai sepi. Aku beralih menatapmu. Kau melirik
Hujan mulai reda. Namun butirnya belum usai. Begitu juga kerut keningmu. Sesekali matamu dalam diam. Ikuti kepulan asap rokokku."Kenapa diam?""Nik mau
Hujan semakin deras. Azan isya terdengar sayup. Bercampur bunyi deraian butir hujan. Aku diam. Mencoba rangkai kata, agar tak lagi ada tangismu. Nyari
Bis kampus berhenti di halte jalan Sudirman. Kau dan aku turun. Agak lama menunggu. Hingga bis jurusan Lubuk Buaya via Khatib Sulaiman berhenti. Kau d
Gladiresik selesai, saat adzan ashar. Tak langsung bubar. Agak lama, kusimak beberapa pengumuman. Saat semua usai. Aku bergegas keluar dari Auditorium
Pulang dari jum'atan. Makan siang sudah tersaji. Kukira saat ke masjid. Kau dan Amak sibuk di dapur. Semua makan. Aku ke kamar berganti baju. Saat kel
Lewati pukul sebelas. Lantunan alqur'an terdengar dari masjid. Abak masih tidur. Pipinx hilang. Kukira mengungsi ke kamar lain. Di ruang tamu tinggal
Kukira, limabelas menit aku menunggumu. Bis kampus berhenti sesaat, dan kembali bergerak. Kau sudah berdiri di tepi jalan. Kedua tanganmu penuh bawaan
Pagi itu jum'at. Pukul enam. Tigabelas oktober duaribu. Kujemput Amak dan Abak. Hampir setengah jam kutunggu. Hingga bus Putra Raflessia dari Curup, t
Tinggalkan Warung Bude hampir maghrib. Kau dan aku naiki bis kota. Berhenti di Simpang Tiga Tunggul Hitam. Tergesa, berjalan masuki Cendrawasih. Aku m
Kau nikmati alur rasamu. Selepas ashar, keluar dari masjid. Kau ajak telusuri trotoar. Berjalan pelan di bawah rindang pepohonan tepi jalan. Kukira, c
Keluar dari masjid kampus. Langkahmu diarahkan ke gedung belajar. Berdua, berjalan bersisian di terik panas Bukit Limau Manis. Lewati Gedung Rektorat,
Jelang jam dua. Kau dan aku tinggalkan kantin. Dari arah pintu saat aku datang, Ni Yul hadiahkan senyum. Seperti kuduga, disambut godaan."Sudah toga h